PAGARALAM

Meski Harga Melambung Tinggi, Distribusi Pupuk Dan Racun Gulma Di Pagaralam Lancar

MAKLUMATNEWS. com – PAGAR ALAM – Kenaikan harga pupuk non subsidi telah berjalan selama hampir dua bulan terakhir, akibatnya daya beli petani menurun hingga berdampak ke pedagang pupuk dan racun Gulma, hal ini diungkapkan salah seorang pedagang racun Gulma dan pupuk non subsidi di Pagaralam Nurkholis, Rabu (16/2).

Nurkholis merincikan, jika sebelumnya harga Urea hanya Rp.7.000 / Kg, sekarang seharga Rp.11.000/ Kg, sementara satu karungnya dengan berat 50 Kg seharga Rp.280.000/Kg kini menjadi Rp.530.000/ zak, Untuk pupuk jenis mutiara sebelumnya seharga Rp.10.000/Kg kini menjadi Rp.13.000/ Kg, sementara harga satu sak yang sebelumnya Rp.425.000 kini menjadi Rp.630.000/ zak.

Sedangkan pupuk KCL yang sebelumnya seharga Rp.7.000 kini menjadi Rp.12.000/ Kg, dan harga satu zaknya dari Rp.300.000 kini menjadi Rp.580.000/zak, Kemudian pupuk merk TSP sebelumnya seharga Rp.6.000 kini menjadi Rp.10.000/Kg, dan untuk satu zaknya sebelumnya Rp.300.000 kini mencapai Rp.430.000/zak.

“Kenaikan ini sudah terjadi kurang lebih 2 – 3 bulan terakhir, dan kita tidak tahu penyebabnya, Sepanjang saya membuka toko Pupuk ini kenaikan harga yang paling tinggi, ” ungkapnya.

Ia mengatakan, dampak kenaikan harga pupuk non subsidi ini tentunya sangat dirasakan oleh pedagang pucuk, pasalnya saat ini tingkat penjualan menurun dikarenakan para petani hanya membeli pupuk seperlunya saja, sementara untuk pendistribusian pupuk non subsidi tidak ada kendala.

“Ya karena harga mahal, tentu petani daya belinya kan kurang ditambah lagi modal bisa dua kali lipat dari sebelumnya, kalau dulu petani beli racun Gulma ataupun pupuk yang kualitas terbaik tapi saat yang peting harganya murah mau jenis apa aja terserah, ” imbuhnya.

Kenaikan harga pupuk dibenarkan Kasi Ketersediaan Pupuk dan Pestisida Dinas Pertanian Kota Pagaralam, Juviter. Ia tak menampik ada kenaikan yang cukup signifikan terhadap harga jual pupuk non subsidi di tingkat pengecer.

Dikatakan Juviter, berdasarkan informasi dilapangan kenaikan harga pupuk non subsidi disebabkannya bahan baku impor juga naik, hal ini tentu berdampak pada petani.

“Namun meskipun harganya naik, tidak ada kelangkaan terhadap barang (pupuk) itu sendiri, karena mereka (penjual) pun juga tidak mau rugi,hanya saja tingkat pembeliannya yang berkurang,” kata dia.

Lebih lanjut Juviter mengatakan, hingga saat ini hampir tidak ada gejolak akibat kenaikan harga pupuk non subsidi, seperti barangya yang tidak ada, atau para petani sampai berburu pupuk non subsidi.

“Namun kalau berkurangnya pembeli itu adalah hal yang wajar, karena harganya yang mahal tersebut,” terang Juviter.

Juviter menambahkan, meskipun Pagaralam merupakan sentra pertanian dan kebanyakan juga yang bergantung dengan tanaman sayuran,namun secara kultur tanah belum terlalu bergantung dengan pupuk untuk meyuburkan tanaman.

Dan sebagai solusi,Kata dia, pemerintah lebih mengarahkan petani untuk menggunakan pupuk organik atau pupuk subsidi, namun kata dia, untuk mendapatkan pupuk subsidi juga tidaklah mudah, karena harus ada kelompok terlebih dulu yang nantinya ada semacam pengajuan untuk penggunaan pupuk subsidi. “Jadi tidak sembarangan juga bisa mendapatkan pupuk subsidi terssbut,” pungkasnya.

Reporter : LIANPGA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button