MOZAIK ISLAM

Sunnah Tidur Saat Puasa, Prof Quraish Shihab: Itu Hadis Dhaif  

MAKLUMATNEWS.com — Cendekiawan muslim Indonesia, Prof Quraish Shihab, mengatakan bahwa ungkapan tentang tidurnya orang yang berpuasa adalah sunnah merupakan hadis dhaif (lemah).

Hal ini dijelaskan saat Najwa Shihab, putrinya, menanyakan perihal hukumnya orang tidur. “Hadisnya lemah. Karena jelas kalau Nabi itu mengurangi tidurnya di waktu malam hari. Kalau kita kan dianjurkan bangun untuk bersahur,” kata Prof Quraish dalam perbincangan bertema Jumpa Abi bareng Maudy Ayunda, Tips Ramadan Produktif: Kurangi “Mencuri Waktu” yang tayang di YouTube Najwa Shihab, Ahad, 17 April 2022.

Pengarang Tafsir Al-Misbah itu menjelaskan, segala sesuatu yang berlebihan pasti tidak direstui agama, seperti halnya tidur sepanjang hari.

“Kita memang butuh tidur dan jam tidur tentunya berbeda-beda tiap orang. Tapi, kita tidak diperkenankan tidur sepanjang hari,” tutur mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an ini menyebutkan bahwa tidur di saat Ramadhan dapat bernilai ibadah jika berada dalam konteks yang wajar, tidur hanya secukupnya dan niatnya adalah ibadah.

“Tapi kalau niatnya supaya waktu cepat berlalu sehingga tidak terasa, maka namanya tidak ibadah. Jadi semua kembali lagi pada niatnya masing-masing dan praktik tidurnya,” jelasnya.

Oleh karena itu, lanjut Prof Quraish, perlu melakukan perencanaan kegiatan dan berdialog dengan diri sendiri, kemudian esok harinya dilakukan evaluasi.

“Kalau konsepnya sama dengan hari kemarin, berarti rugi. Kalau hari kemarin lebih baik dari hari ini, berarti celaka. Maka yang beruntung adalah hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan besok lebih baik dari hari ini,” terangnya.

Prof Quraish menegaskan, evaluasi tidak hanya untuk pekerjaan saja, tapi sebagai individu perlu mengevaluasi. Dari situlah perlu ada target, karena jika tidak maka akan dihadang oleh pencuri waktu.

BACA JUGA  Ini 10 Kata Dalam Alquran yang Sering Disalahpahami Maknanya

“Pencuri waktu itu ada empat, yakni menunda-nunda, instruksi yang tidak pada tempatnya, menolak permintaan yang semestinya tidak diterima, mengobrol berkepanjangan tanpa isi. Ini adalah contoh-contoh yang dikemukakan oleh pakar menyangkut ketidaksadaran kita bahwa kita telah disita waktunya tanpa sadar,” imbuhnya sebagaimana dikutip MAKLUMATNEWS.com dari nu.or.id.(*)

 

Editor : Aspani Yasland

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button