Rupiah Melemah Sebesar 2,87 Persen, Tapi Mampu Bertahan
MAKLUMATNEWS.com, PALEMBANG — Tren kenaikan suku bunga Bank Sentral AS The Fed menimbulkan tekanan pada mata uang banyak negara, termasuk Indonesia. Laporan Bank Indonesia menyebutkan, sampai dengan 23 Mei 2022, mata uang rupiah telah terdepresiasi atau mengalami pelemahan sebesar 2,87 persen, dibandingkan dengan posisi rupiah di akhir tahun 2021.
“Meski demikian, depresiasi yang dialami rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya seperti mata uang negara India yang terdepresiasi 4,11 persen, mata uang Malaysia terdepresiasi 5,10 persen, dan mata uang Korea Selatan yang terdepresiasi sebesar 5,9 persen,” ungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, saat menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI untuk bulan Mei 2022 kemarin, seperti dikutip dari rri.co,id.
Namun Gubernur BI meyakinkan stabilitas rupiah akan tetap terjaga, meskipun ketidakpastian global masih meningkat yang dapat mempengaruhi stabilitas sektor keuangan di dalam negeri. Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI pada Selasa kemarin, Perry Warjiyo menegaskan ketahanan eksternal Indonesia yang masih kuat, yang akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah.
“Defisit transaksi berjalan kita masih rendah diperkirakan tahun ini 0,5 hingga 1,3 persen dari PDB. Selain itu cadangan devisa kita juga cukup memadai sebesar 135,7 miliar dollar AS, serta surplus neraca perdagangan yang akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah,” tukas Perry.
Bank Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak antara Rp 14.300 hingga Rp 14.700 per dollar AS di sepanjang tahun 2022.
“Komitmen kami, Bank Indonesia, untuk menjaga stabilitas nilai tukar sesuai fundamental dan bekerjanya mekanisme pasar,” pungkas Perry.
Editor : Sgw