Tak Ada Mustahil, Ketika Allah Mengabulkan Doa Tukang Becak dan Buruh Tani Ini Ke Tanah Suci
MAKLUMATNEWS.com, PALEMBANG – Tak ada kata yang mustahil bagi Allah untuk mengabulkan doa di setiap sujud hambanya. Begitu juga doa Eme Karma Ardali (65) dan Icih Salsih Surya (62), yang meminta dipanggil ke Baitullah, meski pasangan suami istri ini hanyalah seorang tukang becak dan buruh tani serabutan.
Setelah belasan tahun mengumpulkan rupiah demi rupiah, musim haji tahun ini, Eme dan Icih keduanya biasa disapa akhirnya berangkat menunaikan seruan Tuhan, mengunjungi kota kelahiran Nabi, untuk menyempurnakan rukun Islam.
Eme dan Icih merupakan jemaah haji berasal dari Dusun Jatiraga Timur, Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Menurut Eme, niat kuat untuk berangkat ke Tanah Suci muncul sekitar 30 tahun lalu. Ketika ia dan Icih melihat Kakbah yang tiap tahun selalu mendapat kunjungan dari tamu Allah di televisi.
“Sering bertanya dalam hati, kapan bisa seperti mereka,” ujar Eme ketika berkisah kepada awak media saat berada di Mekkah, Senin (13/6/2022).
Melihat ribuan umat seluruh dunia saat Thawaf mengelilingi Kakbah, menurut Eme, menjadi salah satu ibadah yang terus mendorong kuat keinginan hati untuk berangkat haji.
“Ketika banyak orang menunaikan ibadah haji, saya pun ingin walau kondisi ekonomi tidak sebaik orang lain. Tapi semua yang saya dapat ya disyukuri,” tutur Eme.
Sedikit demi sedikit ia terus menabung, dan setelah belasan tahun akhirnya uang tabungan terkumpul untuk dapat mendaftar haji bersama sang istri, walau belum mencukupi seluruh ongkos yang disyaratkan pemerintah.
“Setelah dikurangi untuk kebutuhan makan, setiap hari wajib menabung berapa pun itu nilainya,” ucap Eme.
Eme mengatakan, pendapatan setiap harinya berkisar antara Rp30 ribu hingga Rp50 ribu. Sedangkan pendapatan istrinya tidak menentu tergantung ada orang yang meminta tolong bekerja atau tidak. Biasanya rata-rata Icih dibayar Rp60 ribu per hari.
“Itupun ketika musim tanam dan musim panen ikut derep (memotong padi, red) bersama suaminya,” ujarnya.
Tahun 2012 setelah uang tabungan cukup, keduanya lantas membayar ongkos pendaftaran. Saat itu keduanya berdasarkan nomor antrean dapat berangkat berhaji di Tahun 2020.
Namun karena pandemi Covid-19, akhirnya keduanya baru dapat berangkat tahun ini masuk di kelompok terbang (kloter) 11 gelobang pertama dengan jumlah 411 orang dari total jumlah jemaah asal Kabupaten Majalengka sebanyak 533 orang.
Kloter 11 diberangkatkan dari Majalengka pada tanggal 11 Juni 2022. Jemaah berdasarkan jadwal bisa masuk ke Asrama Haji Bekasi pukul 10.20 WIB.
“Tahun ini sebetulnya ada kekhawatiran tidak berangkat karena khawatir usia melebihi 65 tahun. Namun bersyukur Gusti Allah memberikan jalan bagi kami berdua bisa berangkat haji,” tuturnya.
Beberapa temannya yang bersamaan mendaftar haji, menurut Icih, tidak dapat berangkat karena faktor usia.
Keduanya lantas tak berhenti bersyukur dapat berangkat haji meski mereka mengaku sedikit bingung, karena tidak memiliki bekal uang selama berada di Mekkah, karena sisa uang yang ada dipergunakan seluruhnya untuk melunasi ongkos haji.
Hanya saja, keduanya berbesar hati karena biaya makan sepenuhnya ditanggung pemerintah dari uang yang disetornya.
“Mudah-mudahan tidak ada halangan lagi, kami berdua diberikan kesehatan dan kelancaran selama beribadah di tanah suci,” harap Eme dan Icih.
Jemaah haji Eme dan Icih menjadi bukti jika panggilan Haji ke Baitullah bukan hanya persoalan berduit atau tidak, namun memang sebuah rahmad besar dari pencipta yang diberikan kepada umatnya yang bertekad kuat, disertai pengharapan dengan doa-doa di penghujung malam. ( sumber : rri.co.id).