“Good Bye Covid-19” – Selamat Datang Harapan Baru
Sekarang, Covid-19 memang tidak lagi menjadi sumber ketakutan yang amat sangat, ketimbang masa Pandemi yang terjadi selama ini.
Oleh: Bangun Lubis ( Wartawan Maklumatnews.com)
Barangkali tidaklah berlebihan bila kita menulis tentang Covid-19, yang kira-kira telah diambang akhir serangannya kepada masyarakat dunia. Nyatanya, hampir semua negara merasa bahwa virus Covid-19 memang tidak lagi menjadi sumber ketakutan yang amat sangat, ketimbang masa Pandemi yang terjadi selama ini.
Senyum sumringah masyarakat dunia pun begitu tampak nyata. Bahkan para usahawan dan Sebagian besar pemerintah di berbagai negara telah pun mulai menyusun rancangan rencana pembangunan negeri mereka terutama sector ekonomi ke depan, tanpa mengulangi rasa “ketakutan yang amat sangat” kepada serangan Covid-19.
Coba saksikan tanyangan televisi dan media-media online dari berbagai penjuru dunia – adanya masa Pandemi yang begitu Panjang – seolah telah berganti dengan harapan baru – dengan berakhirnya Pandemi – yang begitu menakutkan itu. Tidak satu negara pun baik pemerintah maupun rakyatnya yang tidak takut, Ketika masa-masa Pandemi tersebut.
Sekarang mereka sudah mulai merasa bebas merencanakan kehidupan baru. Tentu tanpa juga menyepelekan kemungkinan-kemungkinan adanya sisa-sisa Pandemi yang masih tersisa.
Tahun ini, Salat Idul Fitri, begitu banyak dihadiri olah masyarakat Islam dunia. Di Indonesia, Masjid-masjid mulai didatangi banyak Jamaah. Mereka mulai melakukan salat berjamaah, bersalaman, bersilaturahmi bahkan pasar pun mulai menggeliat. Sekalipun pembatasan tetap dibutuhkan, sebagaimana saran pemerintah menyangkut protokol kesehatan. Umat harus menyadari bagi siapa saja yang mendapat ujian dari Allah dengan terpapar covid-19, pasti sepengetahuan dan seizin Allah. Sabar dan teruslah tetap berkualitas dimasa-masa ini menyongsong harapan ke depan.
Kita sebut saja, masih adanya ketersisaan kekhawatiran, karena begitu lama virus ini hidup Bersama warga dunia. Kendati demikian, terbitnya sebuah harapan baru dalam menjalani hidup Bersama – sekalipun tetap berteman dengan sisa-sisa virus – terasa tumbuh begitu menyenangkan, dan perasaan hati warga masyarakat begitu berbinar menyambut mata hari terbit bersinar dengan cemerlang, menyongsong hidup yang membahagiakan.
Covid-19 Bukan Lagi Fokus Negara-Negara
Pengakuan bahwa konsentrasi bukan lagi soal Covid-19, sebagai prioritas sebuah negara, diakui juga oleh pemerintah RI. Menteri Perekonomian, Sri Mulyani menyebutkan bahwa Pemerintah memastikan tak lagi memprioritaskan anggaran kesehatan untuk penanganan Covid-19 pada tahun depan, sejalan dengan situasi pandemi yang berangsur membaik.
Sebagaimana dilansir CNBCIndonesia.com, 14 April 2022, menyebutkan bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengemukakan pada tahun depan diharapkan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung dalam dua tahun terakhir semakin membaik dan menuju fase endemi.”Sehingga ini akan menjadi salah satu hal yang diharapkan akan mengurangi beban dan juga mengurangi tekanan terhadap masyarakat dan perekonomian,” kata Sri Mulyani, Kamis (14/4/2022).
Sri Mulyani mengemukakan, dalam tiga tahun terakhir alokasi anggaran kesehatan membengkak sebagai respons pandemi Covid-19. Namun untuk tahun ini, dana kesehatan tidak akan terlalu difokuskan ke penanganan Covid-19. “Tahun 2022 ini diperkirakan belanjanya mencapai Rp 255 triliun, di mana Rp 116,4 triliun adalah untuk covid. Karena tahun depan diperkirakan covid tidak lagi menjadi faktor, maka belanja non covid akan menjadi lebih penting,” tegasnya.
Pernayataan ini, menunjukkan salah satu item yang dapat dipastikan bahwa konsentrasi kepada virus Covid-19, hampir disemua negara, mulai sedikit-sedikit mengarahkan rencana pembangunannhya kepada sector soal dan ekonomi maupun politik. Sekali lagi – bukan mengabaikan bahwa ada virus yang masih menemani hidup warga dunia.
Sebenarnya, sejak bulan Maret 2022, Jerman, Swiss, dan Austria mencabut hampir seluruh pembatasan selama pandemi Covid-19 . Jerman mulai mencabut seluruh pembatasan Covid-19 setelah tingkat infeksi virus corona di negara itu menunjukkan penurunan, kata Kanselir Olaf Scholz.(CNNIndonesia, 17 Februari 2022)
Scholz memaparkan ada tiga tahap pembukaan hingga Jerman benar-benar meraih “hari kebebasannya” pada 20 Maret 2022. Setelah dua tahun kami pantas mendapatkan hal-hal yang lebih baik lagi dan sepertinya itu terjadi sekarang,” kata Scholz kepada wartawan seperti dikutip AFP pada Rabu (16/2). Dalam tahap pertama, akses ke toko-toko akan dibuka kembali tanpa pemeriksaan apakah pengunjung telah divaksinasi atau tidak. Masker wajah masih tetap wajib dipakai.
Mulai 4 Maret mendatang restoran dan hotel juga diizinkan untuk mulai menyambut warga yang tidak divaksinasi lagi, selama mereka dapat memberikan tes negatif Covid-19 dalam waktu dekat. Tempat hiburan malam dibuka kembali, untuk mereka yang sudah divaksinasi. Semua orang harus dapat booster vaksin dan atau memberikan tes negatif Covid-19 tentunya.Jumlah orang yang diizinkan untuk menghadiri acara besar termasuk kompetisi olahraga juga akan diperbanyak.
Jangan adalah Keinginan Menakut-Nakuti
Sebagaimana diketahui, sejak masa- masa lalu, sebelum serangan Covid-19 ini, juga pernah ada virus, seperti AIDS, Ebola, DemamBerdarah, Cacar dll, demikian adanya, namun bukan menjadi serangan yang menakutkan hingga banyak keprustasian dialami masyarakat dunia sebagaimana serangn Civis-19 tiga tahun terakhir.
Rasa takut atau merasa putus harapan, hendaklah tidak terlalu menjadi bagian hidup manusia, apalagi sebagaimana kepercayaan umat Islam, Firnam Allah; ’jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf: 87).
Saya sengaja mengutip berbagai pendapat dalam banyak media, Umat harus menyadari, bahwa bagi siapa saja bahwa Covid-19 – bisa saja menjadi sebuah ujian – yang mendapat ujian dari Allah dengan terpapar covid-19, pasti sepengetahuan dan seizin Allah. Maka, terimalah ujian itu dengan sabar, semoga segera disembuhkan kembali dan menjadi sarana pengampunan dosa-dosa dan kesalahannya.
Lalu, bila masih ada perhitungan-perhitungan soal adanya persebaran Covid-19, tentu itu adalah sebuah pesan, yang tidak memiliki signifikansi dengan kondisi yang kekinian sebagiamana negara-negara di dunia, yang sudah memulai secara bertahap, sedikit demi sedikit, meninggalkan trauma terhadap Covid-19. Hendaknya, semua negara memulai kehidupan dengan harapan baru, sebagaimana yang kini dicontohkan oleh negeri-negeri lain, di belahan dunia yang mulai merencanakan ekonomi, sosal, politik, dan tentunya bidang Kesehatan.
Jika pun soal Covid-19 masih disentuh dalam berbagai informasi, bukanlah dengan tujuan untuk menakut-nakuti masyarakat, melainkan pesan mengingatkan agar tetap menjadi perhatian sembari meninggalkan trauma panjangan soal masa Pandemi yang lama dilaku oleh masyarakat dunia ini. (*)