OPINI

Sejauh Menjelajah, Allah-lah Tempat Bertemunya

Oleh : Agus Priyatmono, Kepala SIT Al Furqon Palembang

MAKLUMATNEWS.com,– Palembang–Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari peran dari akal manusia yang luar biasa, yang dapat diajak berkelana ke seantero alam semesta. Alam semesta yang bersifat mikro (mikro kosmos) maupun yang bersifat makro (makro kosmos). Dari dunia sel dan atom hingga galaksi terjauh di angkasa raya.

Kemampuan akal manusia yang berada dalam sebongkah otak memang itulah kemampuannya. Kemampuan yang terkadang juga berusaha untuk menembus dinding pembatas dunia nyata dengan dunia imajiner melalui teori-teori yang ditelurkannya. “SUNGGUH LUAR BIASA”.

Dari kesemua itu, apa yang diharapkan dari diri manusia sang pemilik akal (otak) adalah untuk menunjukkan eksistensi keberadaan makhluk yang bernama manusia. Manusia yang sempat memenangkan kontes uji kompetensi dengan para malaikat ketika awal penciptaannya.

Ya, sebuah eksistensi dan sebuah kebanggaan bersyarat dari Allah Sang Pencipta manusia yang tertuang dalam kalamNya, QS. Al Baqarah (2) ayat 31-33, yang artinya:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam (nenek moyang para manusia) nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:

“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu (para Malaikat) memang benar orang-orang yang benar!. Mereka (para Malaikat) menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka (para Malaikat) nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:

“Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”.

Kemudian Allah menegaskan bahwa proses penciptaan manusia memiliki tujuan utama yaitu beribadah dalam pengertian mengakui keberadaan Sang Pencipta DiriNya, hanya dan hanya menyembah DiriNya. Sebagaimana tercantum dalam QS. Adz Dzariyat (51) ayat 56. Dalam ayat itupun menegaskan kembali bahwa begitu juga dengan bangsa Jin dan seluruh keturunan dan rasnya.

Dalam kehidupannya, manusia mengeksplorasi keberadaan alam semesta dengan kehebatan akal yang dimilikinya untuk mendukung kehidupannya dimana ia tinggal. Aktivitas eksplorasinya diberikan sebuah kebebasan yang sangat luas tetapi bertanggungjawab.

Melalui akalnya, manusia membedah rahasia alam semesta, mulai dari mikro kosmos hingga makro kosmos. Rahasia yang disembunyikan Allah di balik alam ini. Allah menampakan diri berupa KekuasaanNya yang Maha Luas dan Maha Sempurna.

Bahkan Allah menantang manusia ciptaanNya sendiri (dan mempersilahkan berkolaborasi dengan bangsa Jin) untuk lebih dari apa yang sudah dilakukan dalam hal mengeksplorasi alam semesta. Hal itu dijelaskan dalam QS. Ar Rahman (55) ayat 33, yang artinya :

“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”.
Ya…dengan sebuah kekuatan yang berasal dari Al Qawwiy yaitu Allah SwT. Apa yang ditemukan? Galaksi terjauh yang terpantau hingga detik ini baru terdeteksi berjarak lebih kurang 14 milyar tahun cahaya. Artinya apa?
Dengan kemampuan akal manusia, alam makro kosmos baru terpantau kurang dari 14 milyar tahun cahaya ke depan, baru 7 persen teramati dan masih 93 persen belum teramati.

Bayangkan kita bertetangga dengan sejumlah 10 juta cluster galaksi, 25 milyar kelompok galaksi, 350 milyar galaksi besar, 7 trilyun galaksi kecil, dengan 30 milyar trilyun bintang-bintang, dengan bertrilyun-trilyun-trilyun… planet-planet, SUBHANALLAH….

Kecilnya diri ini…, dimanakah wahai diri dengan setitik kesombongan yang engkau bawa…?. Apa yang didapat dari alam makro kosmos? Sebuah keteraturan dan keindahan yang luar biasa yang tiada tanding. Sebuah ketundukan jauh dari sebuah kesombongan. Semua yang ada di alam makro kosmos tunduk dan sujud kepada Allah Sang Pencipta. QS. Ar Rum (30) ayat 26, yang artinya :

“Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk”.
Atau dijelaskan pada QS. Al A’Raf (7) ayat 54, yang artinya :

BACA JUGA  Perlunya Pendidikan Seks dalam Kurikulum Sekolah

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.
Atau pada QS. Ar Ra’du (13) ayat 15, yang artinya :

“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari”.

Lalu bagaimana dengan dunia mikro kosmos? Di sana bersemayam ciptaan Allah yang bernama atom dan dunia sel. Atom yang kita kenal sekarang tereksplorasi oleh ilmu (produk akal manusia) terurai menjadi proton, elektron dan neutron.

Dari tiga partikel itu kemudian terpecah lagi menjadi lebih kecil lagi dengan istilah neutrino dan terakhir 6 jenis quark, sebuah elemen terkecil di alam semesta ini yang baru diketahui (update ditemukan pentaquark) dan ukuran terkecilnya adalah lebih kecil dari 1 attometer (1 attometer sama dengan 10 pangkat minus 18 meter… 0,000.000.000.000.000.001 meter). Subhanallah.

Padahal menurut perkiraan masih ada yang belum ditemukan ukuran terkecil yang disebut dengan panjang Planck sebesar 10 pangkat minus 35 meter dengan asumsi hitungan mekanika quantum pasca peristiwa big bang alam semesta. SUBHANALLAH….

Bayangkan, bahwa amalan terkecil zarrahpun Allah akan mengawasi, sebagai istilah yang lebih kecil lagi dari sesuatu partikel mikro kosmos yang terpantau dari hasil ilmu atau produk akal manusia.

Dan di alam mikro kosmis ini ada benda yang memiliki anomali sifat, dimana ia memiliki kecepatan melebihi kecepatan cahaya ketika ia kehilangan energi. Dan sebaliknya ketika ia memiliki energi maksimal kecepatannya melambat. Dan kecepatan paling lambatnya adalah sama dengan kecepatan cahaya yang sebesar 300.000 km per detik. Partikel ini disebut Tachyons. SUBHANALLAH…

Bayangkan dan bandingkan dengan kecepatan Rasulullah SAW saat beliau mi’raj keharibaan Allah SwT untuk mendapatkan perintah Shalat. Beliau mengendarai kendaraan dengan kecepatan lebih cepat dari cahaya hingga mencapai suatu tempat tertinggi di alam ciptaan Allah SwT, yaitu Sidratul Muntaha dalam waktu sekejap.

Dengan kekuatan makna Subhanallah, yang memperjalankan beliau, yang menggantikan energi alam semesta ini sehingga tunduk, dan dikalahkan dengan kecepatan kekuatan ke-Maha Suci-an Allah, QS. Al Isra’ (17) ayat 1 dan QS. An Najm (53) ayat 16 – 18. Beliau melewati melebihi dari lebar alam semesta yang baru terukur 14 milyar tahun cahaya (hitung sendiri ya….) Subhanallah.
Apa yang didapat? Subhanallah.

Bayangkan satu bagian elemen atom bertabrakan saja dapat menghasilkan mega energi yang luar biasa dan dapat menghancurkan dunia bahkan alam ini.
Bayangkan andaikan semua elemen atom tersebut kacau, tetapi… yang ditemukan adalah keharmonisan, keseimbangan, keteraturan, ketundukan antar elemen terkecil atom. Yah…mereka tunduk kepada Sang Penciptanya yaitu Allah SwT. Bagaimana dengan manusia?
Alam mikro kosmis lainnya adalah sel. Cukuplah pada diri manusia sebagai sampel. Dalam QS. Az Zariyat (51) ayat 21 dijelaskan, “Dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan?”.

Ada dunia sel, dan bagian terkecil dalam diri manusia ada namanya DNA atau kependekan dari deoxyribo nucleic acid atau dalam Bahasa Indonesia sering juga disebut ADN yang merupakan kependekan dari asam deoksiribo nukleat.

DNA atau ADN ini merupakan materi genetik yang terdapat dalam tubuh setiap orang yang diwarisi dari orang tua. DNA terdapat pada inti sel di dalam struktur kromosom dan pada mitokondria.
Untuk mempermudah kita memahami seperti apa DNA, coba pikirkan sebuah kalimat. Kalimat tersebut disusun dari beberapa kata. Dan setiap kata dibentuk dari beberapa abjad. Dapat dikatakan, abjad adalah unsur dasar dari banyak bahasa. Prinsip yang serupa juga bisa diterapkan pada DNA.

BACA JUGA  Receptio in Complectio dan Simbur Cahaya

Pada tingkat molekuler, “abjad” utama disediakan oleh DNA. Yang menakjubkan adalah bahwa “abjad” ini hanya terdiri dari empat huruf yaitu A, C, G, dan T, yang merupakan lambang basa kimia adenin, sitosin (cytosine), guanin, dan timin. Senyawa ini membentuk ikatan yang eksklusif, di mana adenin akan selalu berpasangan dengan timin dan guanin akan selalu berpasangan dengan sitosin.
Bentuk dari DNA adalah seperti spiral ganda yang menyatu dengan rapat. DNA terdiri dari 4 pasangan basa A, C, G, dan T yang merupakan komponen kimiawi yang mengandung nitrogen. Urutan basa-basa pada molekul DNA-lah yang menentukan informasi genetika yang terdapat di dalamnya.

Singkatnya, urutan ini menentukan hampir segala sesuatu tentang kita, dari warna rambut, warna kulit, hingga bentuk hidung Anda. Dalam artian blueprint bentuk secara fisik baik luar maupun dalam dengan segala macam kriteria bawaannya.

Apakah mereka bekerja sendiri dan semaunya? Tidak… semua itu membentuk dengan sebaik-baik bentuk dan segala konsekuensinya. QS. At Tiin (95) ayat 4 dinyatakan, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Tetapi dengan sesempurna-sempurna ciptaan itu justru manusia sering memilih tempat sehina-hinanya untuk dirinya.

Bahkan merusak alam semesta tempat tinggal mereka dengan bentuk keserakahan, kesombongan dan pembangkangannya terhadap Sang Penciptanya.

Akhirnya sejauh-jauh pengembaraan melalui akal manusia, melalui ilmu, melalui teknologi yang diciptakan, tetap akan selalu bertemu dengan keberadan Sang Pencipta, agar mengakui keberadaanNya.

Sebagaimana perjanjian yang pernah terucap dan tercatat di alam ruh, sebagaimana QS. Al A’Raf (7) ayat 172, yang artinya :

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
Dan akan bertemu dengan kesucian diri yang mengakui ketundukan dan ketaatan melalui pengakuan dan pengamalan penyembahan kepadaNya, sebagaimana dalam QS. Thaha (20) ayat 14, yang artinya :

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat (ruku’ dan sujud) untuk mengingat Aku”.
Dan juga mengakui keberadaan penciptaannya tidak ada yang sia-sia sedikitpun dengan kerendahan diri pengakuan dan permohonan akan terhindar dari bencana yang maha dahsyat di akhir alam semesta (bigcrunch).

Sebagaimana terurai dalam QS. Ali Imron (3) ayat 190 – 193, yang artinya :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti”.

Semoga Allah selalu memberi jalan HidayahNya kepada kita…

(Tafakur dan Tadabur, 15 Mei 2012).
Dari buku “Butiran Debu Hikmah” karangan Goesprie, penerbit NoerFikri Palembang, Palembang, 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button