CAHAYA RAMADAN

Jembatan Menuju Jalan yang Lurus

MAKLUMATNEWS.com, Palembang — DI jalan ini juga terdapat jembatan yang mesti dilalui. Kini ketentuan bagi para pejalan menuju Allah di setiap tempat dan waktu, termasuk para nabi dan rasul.

Jembatan ini adalah ujian dan cobaan.

Di jalan ini pasti ditemui ujian dan cobaan.

Allah SWT berfirman :

“Dan sesungguhnya, inilah jalan Ku yang lurus. Maka ikutilah. Jangan kamu ikuti jalan jalan yang lain yang akan menceraikan beraikan kamu dari jalan Nya. 

Demikianlah Dia memerintahkan kepada mu agar kamu bertakwa.” (QS Al- An’am 153)

Rasulullah Saw pun diangkat menjadi rasul adalah diusir oleh kaumnya.

Jadi ujian dan cobaan adalah jembatan menuju kesuksesan.

Selama menyeberanginya harus sabar, berintrospeksi dan menerima setiap cobaan dengan lapang dada serta penuh ridha kepada Allah SWT.

Kesuksesan hanya akan diraih dengan menyeberangi jembatan ujian dan cobaan, sebagaimana surga dikelilingi hal hal tidak menyenangkan.

Ibnu Al Qayyim bertutur …

Perhatikanlah betapa bijaknya Allah SWT ketika Dia menguji hamba hamba pilihan Nya.

Allah membimbing mereka menuju cita cita tertinggi dan kedudukan termulia melalui jembatan ujian dan cobaan.

Tak ada jalan lain menuju surga kecuali melewati jembatan ini.

Karena itu, yang mereka hadapi sebetulnya adalah karunia dan kehormatan.

Luarnya ujian dan cobaan, padahal di dalamnya rahmat dan kenikmatan.

Betapa banyak nikmat dan karunia Allah SWT yang dibungkus dengan kemasan ujian dan cobaan.

Seorang muslim tidak boleh lepas dari ibadah.

Kita sering membaca di dalam sholat, sesungguhnya sholat ku

ibadah ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah. Tuhan semesta alam.

Karena itu, seorang muslim menganggap setiap ujian dihadapinya dengan niat ibadah.

BACA JUGA  Sambut Ramadan Penuh Berkah, Inilah Doa yang Bisa Dibaca ...

Itulah sikapnya dalam setiap gerak dan diamnya.

Dengan demikian, setiap ujian dihadapinya dengan ibadah sembari meyakini bahwa setiap pahala akan diperhitungkan oleh Allah.

Setelah melewati jembatan ini, kita akan berhadapan dengan rintangan berikutnya, yaitu rintangan dari diri sendiri.

Diri kita cenderung kepada keburukan dan menyeru kita kepada kebinasaan dengan selubung kesenangan kesenangan temporal.

Itulah diri kita, jembatan ujian yang paling berbahaya dan paling sulit ditaklukkan.

Ia bagaikan jembatan gunung tanpa pegangan di kedua sisinya.

Untuk berjalan di atas nya, dibutuhkan ketenangan dan konsentrasi penuh pada gerak tangan dan kaki.

Jembatan rapuh akibat banyaknya dosa dan kemaksiatan.

Karena itu, pejalan harus berhati-hati, berjalan selangkah demi selangkah, dan terus berusaha hingga berhasil menaklukkan diri untuk menyeberangi jembatan jembatan yang lurus itu menuju di jalan lurus Mu. (*)

 

 

* Oleh : Albar Sentosa Subari

Dosen dan Ketua Pembina Adat Sumsel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button