Sahabat, Ada Rasa Nyaman Bila Bersamamu
Setiap kita saling membutuhkan, dan menciptakan rasa senang
MAKLUMATNEWS.COM – Ada ungkapan yang begitu indah di kalangan saudara Muslim untuk menggambarkan bagaimana pola dan tingkah laku seorang Muslim yang benar, yakni, :“Setiap orang selamat dari lisannya, dan merasa nyaman ketika berada didekatnya.”
Ungkapan ini bukanlah hanya sekadar kata-kata indah, melainkan memiliki makna yang sangat mulia dan mengartikan makna yang amat mendalam. Jika semua orang selamat dan merasa nayaman di dekat seseeorang, maka tidak akan ada lagi pertikaian dan hilanglah masalah diantara mereka.
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial. Itu artinya seseorang tidak bisa menjalani kehidupan tanpa bantuan orang lain. Dan begitu juga sebaliknya. Baik bantuan berupa barang yang kita butuhkan ataupun jasa yang diberikan orang lain. Saling menolong adalah cerminan hidup dalam orang sekitar.
Dalam kehidupan orang datang silih berganti menjadi hal biasa. Kehadiran mereka justru akan memberi pengalaman baru. Dengan begitu kehadirannya memberikan banyak dampak. Baik itu dampak yang positif maupun dampak negatif yang tidak dapat kita pungkiri. Kehadiran seseorang akan melahirkan banyak pengaruh. Ketika mereka menjadi sosok yang tepat, kita akan merasa bahagia dan nyaman.
Namun, bagaimana kalau rupanya orang tersebut memberikan dampak buruk dalam hidupmu? Tentu kita perlu untuk mengatasi permasalahan itu. Menyadari dan membenahi keadaan yang ada agar bisa melanjutkan kehidupan yang akrab dengan sesama. Dampak baik maupun buruk yang muncul dari kehadiran seseorang harus dihadapi dengan tenang agar semua berjalan dengan baik.
Dalam firman Allah ini dijelaskan bahwa manusia saling meminta dan membutuhkan satu sama lain.” Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An Nisa (4) : 1).
Ustadz Habibillah, dalam kajian pada Majelis Mesjid Al Furqon waktu lalu, menyampaikan pesan Rasulullah yang merupakan anjuran bagi setiap orang yang beriman agar memperbaiki akhlaq kepada akhlaq yang baik sesuai dengan akhlaq Rasulullah SAW..
Dalam satu hadis Rasulullah SAW, ““Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Abu Huraira). Dalam hadis ditegaskan bahwa Rasulullah Saw diutus untuk menyempurnakan budi pekerti atau akhlaq. “Innama bu‘itstu li utammima makarima al-akhlaq (Aku diutus tiada lain untuk menyempurnakan akhlaq)” Sabda Rasulullah.
Bila sudah demikian keinginan Rasulullah, tentu secara menyeluruh dari semua sikap dan prilaku seorang yang beriman hendaklah juga serupa ahklaqnya. “Akhlaq” atau watak kita hendaklan bisa mengikuti sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah Saw diutus untuk menyempurnakan akhlaq, artinya mengajak manusia untuk memiliki watak yang baik. Watak yang baik atau husnu al-khuluq tampak melalui sikap atau perilaku yang lahir dari anggota tubuh seseorang secara reflektif. Jika seseorang melakukan kebaikan dan datang dari wataknya maka ia disebut “orang yang berakhlaq baik”. Jika kebaikan dilakukan karena terpaksa, atau tersimpan niat jahat, maka ia bukan orang yang berakhlaq baik.
Muslim Selamat Diantara Sahabatnya
Rasulullah Saw bersabda: “Seorang muslim adalah orang yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya. Seorang mukmin ialah orang yang orang lain merasa aman atau terlindungi jiwa dan hartanya” . Sabda Rasulullah Saw di atas bagian dari penegasan bahwa menjadi “muslim” berarti harus membuat orang lain merasa nyaman, dan menjadi mukmin sama dengan membuat orang lain merasa “aman”.
Sebagai manifestasinya, Rasulullah antara lain memerintahkan umatnya untuk melakukan beberapa akhlaq misalnya,, selalu mengawali menyampaikan salam. Rasulullah Saw memerintahkan jika seseorang bertemu dengan orang lain maka disunnahkan atau dianjurkan mengawali menyampaikan salam. Salam di sini artinya “menyapa”, bisa dengan kata “assalamu‘alaikum” atau sapaan seperti “apa kabar”, “mau kemana” dan perkataan baik lainnya.
Kemudian, selalulah murah senyum dan ramah. Rasulullah Saw berpesan apabila seseorang berjumpa dengan orang lain maka dianjurkan memperlihatkan wajah yang ramah, melempar senyum dan lemah lembut. Rasulullah Saw bersabda: “Senyummu di hadapan temanmu adalah sedekah”. Selalaulah berbaik hati.
Selanjutnya, Rendah hatilah dan tidak sombong. Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa Allah telah memberikan wahyu kepadanya supaya beliau menyampaikan kepada umatnya untuk rendah hati dan tidak sombong (tawadlu’). Sikap tawadlu’ dan tidak sombong ini sangat penting mengingat salah satu penyakit hati yang kerap muncul di kalangan orang yang rajin beribadah yaitu merasa dirinya paling saleh, paling taat dan paling bertakwa daripada yang lain.
Dalam satu hadis diceritakan, Rasulullah Saw bersabda: “Jika ada orang mengatakan ‘manusia telah binasa’, maka sesunggunya orang yang mengatakan itulah yang paling binasa”. Imam al-Ghazali, sebagaimana bukunya kitabnya, Ihya` ‘Ulumuddin menjelaskan, alasan yang menjadikan orang itu justru paling binasa karena ia sombong, yakni meremehkan makhluk Allah. Orang itu pada dasarnya telah terbujuk oleh amal ibadahnya yang tanpa disadari telah dibelokkan oleh syaitan.
Anjuran Rasulullah di atas, jika dilakukan maka siapapun yang berjumpa pasti akan merasa nyaman dan aman, bahkan kehadirannya akan membuat orang lain merasa terlindungi. Dengan demikian untuk membuat orang lain nyaman menurut tuntunan Rasulullah Saw adalah dengan cara mengejawantahkan akhlaq terpuji dalam aksi nyata sehari-sehari.(*)