Ini Dia Orang-Orang yang Paling Kaya di Dunia, Mereka Menerima Syariat Islam
Maklumatnews.com – Di dunia ini banyak orang sangat kaya raya. Lihat saja mereka di Eropa Amerika sana, dan juga di tanah Arab dan China maupun di Jepang atau Asia. Kaya-kayanya membuat kita berdecak. Mengagumkan.
Lagi pula, apapun maunya bisa dia beli, ya kaya Namanya. Lihat tuh ‘Goerge Soros’ seorang penganut faham kapitalis – liberalis yang paling berhambur uang, atau Bill Gates yang punya Microsoft yang memiliki duit ber-triliunan-triliun. Bener kan?.
Jawaban atas pertanyaan itu bisa saja terlontar bahwa merekalah orang-orang kaya di dunia kini. Wajarlah jawaban itu, karena orang mengukur kekayaan itu hanya dengan harta duniawi. Tapi, itu tidak berlaku dengan umat Islam yang mengukurnya dengan syariat Islam.
Dalam syariat Islam, orang kaya sesungguhnya adalah mereka yang paling menerima kenyataan hidupnya. Istilah orang jawa, orang yang paling nerimo.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,“Kekayaan tidaklah diukur dengan banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim; dari Abu Hurairah). Rasa aman, kesehatan, dan kecukupan untuk hari ini merupakan kekuatan besar yang memberi cahaya pada akal sehingga bisa berpikir lurus dan tenang.
Pikiran yang lurus dan konsisten kadang-kadang mampu mengubah seluruh perjalanan sejarah, bahkan seluruh perjalanan hidup seseorang. Inilah orang kaya yang aman dan sehat akalnya. Rasulullah bersabda, “Barang siapa memasuki pagi harinya dengan perasaan aman di rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu maka seolah-olah dunia dan seisinya telah menjadi miliknya.”( HR.Tirmidzi ).
”Ridhalah dengan apa yang dibagikan Allah Swt. untukmu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya.” (HR Turmudzi). Penggalan hadits Rasulullah Saw. di atas, adalah potongan dari hadist lengkap yang disampaikan Abu Hurairah, ihwal 5 perkara yang diwasiatkan Baginda Rasul kepada sahabat kesayangannya itu.
Meras Berkecukupan
Hadist ini merupakan bentuk nyata betapa susahnya menumbuhkan rasa qana’ah atau merasa cukup. Hadist itu mengandung maksud orang paling kaya adalah mereka yang qanaah atas apa pun pemberian Allah Swt.
Betapa positif dan bermartabatnya hidup ini bila seseorang selalu merasa ridha dan cukup dengan segala kondisinya. Dengan qana’ah, yang sedikit akan menjadi banyak dan yang banyak akan menjadi berkah.
Kesenangan tidak akan sempurna dan nikmat tidak akan menjadi besar kecuali dengan memutuskan angan-angan memiliki seperti yang dimiliki orang lain. ”Himpunlah rasa putus asa terhadap apa-apa yang ada di tangan manusia, maka mereka akan mencintaimu.” (HR Ibnu Majah).
Sikap tidak menerima atas apa yang telah dimiliki, hanya akan menguras keterkaitan hati dengan Allah Swt.. Akibatnya, kehidupan yang sebenarnya tidak akan bisa dirasakan. Sementara kehidupannya menjadi tidak tertata.
Ridha dengan pemberian, mensyukuri pemberian Allah Swt., dan menginvestasikannya untuk hal yang bermanfaat, maka inilah sebenarnya yang disebut kaya nan mulia. Allah Swt. berjanji kepada orang yang hatinya dipenuhi keridhaan akan memenuhi hatinya dengan kekayaan, rasa aman, penuh dengan cinta, dan tawakkal kepada-Nya.
Sebaliknya, bagi yang tidak ridha, hatinya akan dipenuhi dengan kebencian, kemungkaran, dan durhaka. Pantaskah sebagai seorang hamba mengaku kekurangan, sementara pada waktu yang sama, kita masih memiliki akal. Andai kata akal itu dibeli orang atau menukarnya dengan emas dan perak sebesar gunung, kita pasti enggan menerimanya.
Kita memiliki dua mata yang sekiranya dibayar dengan permata sebesar Gunung Uhud, pasti tidak rela. Saat ini banyak orang enggan mengakui dan menyebut dirinya orang paling kaya. Kekayaan hanya mereka ukur dengan materi, banyaknya harta, dan pangkat yang tinggi.
Bersyukur atas Nikmat Allah
Bersyukurlah atas nikmat agama, akal, kesehatan, pendengaran, penglihatan, rezeki, keluarga, penutup (aib), dan nikmat lain yang tak terhitung. Sebab, di antara manusia itu ada yang hilang akalnya, terampas kesehatannya, dipenjara, dilumpuhkan, atau ditimpakan bencana.
Kini saatnya untuk menyadari bahwa kita sebenarnya adalah orang yang paling kaya. Caranya dengan selalu qanaah dan merasa ridha. Bersyukur dengan apa yang kita miliki, sehingga hidup lebih bermakna, berkah, serta lebih berarti. Jadikanlah keridhaan itu dengan mengosongkan hati dari berbagai sangkaan dan membiarkannya hanya untuk Allah SWT.
Kaya hati, atau sering diistilahkan dengan “qana’ah“, artinya adalah ‘nerimo’ (menerima) dan rela dengan apa dan berapa pun yang diberikan oleh Allah Ta’ala padanya. Seberapapun rezeki yang diperolehnya, dia tidak mengeluh. Mendapat rezeki banyak, bersyukur; mendapat rezeki sedikit, bersabar dan tidak mengumpat.
Andaikan kita telah bisa mengamalkan hal itu, saat itulah kita bisa memiliki kesempatan besar untuk menjadi orang terkaya di dunia. Ujung-ujungnya, keberuntunganlah yang menanti kita, sebagaimana janji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Beruntunglah orang yang berIslam, dikaruniai rezeki yang cukup, dan dia dijadikan menerima apa pun yang dikaruniakan Allah (kepadanya).” (HR. Muslim; dari Abdullah bin ‘Amr).
Berdasarkan barometer di atas, bisa jadi orang yang berpenghasilan dua puluh ribu sehari dikategorikan orang kaya. Buat apa berjuta-juta tapi tetap merasa miskin. Adalah orang-orang yang merasa cukup kaya bila dirinya memperoleh keberkahan dan hatinya tenang. Dan percayalah dengan firman Allah Ta’ala yang menyebutkan: “Tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin rezekinya oleh Allah.” (QS. Hud [11]:6).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatkan, “Sesungguhnya, seseorang di antara kalian tidak akan mati kecuali setelah dia mendapatkan seluruh rezeki (yang Allah takdirkan untuknya) secara sempurna. Maka, janganlah kalian bersikap tidak sabaran dalam menanti rezeki.
Bertakwalah kepada Allah, wahai manusia! Carilah rezeki secara proporsional, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Al-Hakim; dari Jabir; dinilai sahih oleh Al-Albani). Sebenarnya mereka umat Islam yang menjalankan amal-ibadah yang dianjurkan Allah dan Rasulullah itulah orang-orang yang kaya. Mereka sabar, bersyukur dan ikhlas.(*)
Penulis: Bangun Lubis