Renungan Jumat : Terus Memberi Meski Ajal Sudah di Depan Mata
MAKLUMATNEWS.com, Palembang — MEREKA terus memberi, walaupun ajal sudah di depan mata. Berikut ini, kami kutip tentang keuletan orang orang saleh dalam memberi. Meskipun saat itu mereka telah berada di penghujung kehidupan.
– Tetap Mengajar Meski Telah Diracun
Imam As-Subki, saat itu menderita demam selama beberapa hari. Beliau sendiri memiliki majelis yang rutin membahas kitab, Sirah Ibnu Hisyam.
Waktu itu, seorang penulis pelajaran datang kepada nya dan menyaksikan bahwa beliau sedang demam.
Wahai Syaikh, orang orang telah berkumpul di majelis mu. Mereka menunggu mu. Bagaimana jika engkau beristirahat saja dulu, karena sakitmu, ini? kata laki laki itu.
As-Subki menjawab, Demi Allah, saya tidak akan membatalkan majelis yang padanya banyak membahas sejarah Rasulullah.
Akhirnya, beliau dengan segala kepayahan, tetap membacakan pelajaran sejarah Nabi di majelis tersebut.
Setelah beberapa bulan di Damaskus, As-Subki melakukan perjalanan ke Mesir. Beliau merasa bahwa ajalnya sudah tiba. Beliau memanggil putra nya. Tajuddin As- Subki, bahwa beliau akan meninggal di Mesir.
Akhirnya, sampai di Mesir, beberapa hari kemudian, beliau wafat. Peristiwa itu terjadi tahun 756 H.
Setelah ditelisik, diketahui bahwa beliau sakit karena diracun. Sebelum meninggal, As-Subki berpesan kepada beberapa sahabat nya, bahwa dirinya telah diracun. Dia sendiri tahu siapa pelakunya, tetapi enggan menyebut orangnya.
– Menanam Pohon Kelapa Saat Tua Renta
Dikisahkan, ada seorang petani desa yang sudah tua renta, tulang belulang nya sudah lemah. Dia nampak asik sedang menanam pohon kelapa di kebun miliknya. Di akhir akhir usia, dia masih terlihat bersemangat melakukan pekerjaan itu.
Seorang petani yang masih muda, mencoba mendekati petani tua itu. Lalu dia bertanya, Wahai kakek, mengapa engkau menanam pohon kelapa, sementara engkau sudah tua renta?. Bukankah umur mu tak sepanjang usia pohon kelapa ini sampai ia berbuah.
Sambil tersenyum, kakek petani itu menjawab, Memang umurku sudah tua, bahkan tulang belulang pun sudah terasa lemah. Tapi aku menanam pohon kelapa ini, agar bisa bermanfaat oleh cucuku nanti.
Bukankah dulu aku bisa menikmati tanaman tanaman di kebun ini, karena orang orang sebelum ku yang telah menanam sebelumnya?. Biarlah ia menjadi amal jariyah bagiku di hadapan Allah.
Ucapan kakek petani itu terasa bagaikan tetesan tetesan air sejuk yang sangat bernilai bagi petani muda itu. Ternyata, usia tua tidak menutup kesempatan untuk beramal, selagi kita memiliki kemauan kuat untuk beramal.
( Inilah sebenarnya yang membuat ana berniat sampai di usia berapa saja saat menutup mata akan selalu menulis membuat artikel buat umat agar bisa bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagiku. Aamiin).
– Tetap Semangat Belajar Meskipun Sakaratul Maut
Apakah anda mengenal Abu Raihan Al-Biruni?. Dia adalah seorang penulis dan pemikir muslim terkenal. Dia wafat pada tahun 440 H.
Al-Biruni, memiliki umur relatif panjang, hingga 78 tahun. Dia sosok yang tekun dengan dunia keilmuan dan penulisan buku. Dia seorang ulama rajin mendulang ilmu untuk diajarkan lagi kepada yang lain. Kesibukan itu terus dia lakukan, walaupun di saat-saat terakhir hidupnya.
Al-Faqih Abul Hasan Ali bin Isa berkata: Suatu saat, itu saya menemui Abu Raihan Al-Biruni, saat tengah Sakaratul Maut. Nafasnya tampak tersengal sengal dan dadanya sesak.
Dalam keadaan seperti itu dia masih sempat bertanya kepada saya, Bagaimana cara perhitungan bagi nenek yang tidak berhak mendapatkan warisan?.
Saya pun memberi jawaban kepada nya, dan ia langsung memahami. Setelah itu saya keluar sebentar, dan tiba tiba terdengar suara tangis dari arah rumah nya. Ternyata dia telah meninggal dunia.
– Memperingati Shalat Sahabat nya.
Peristiwa unik terjadi di akhir hayat Khalifah Umar bin Al-Khattab Ra. Seperti kita ketahui, beliau wafat karena ditusuk oleh seorang musuh Allah, sebelum beliau menjalankan shalat.
Dalam keadaan Sakaratul Maut, ketika darah mengalir deras dari luka tusukan. Khalifah Umar masih sempat bertanya kepada seseorang sahabat nya, Apakah dia telah menyempurnakan shalat nya.
Masya Allah, dalam keadaan segenting itu. Saat ajal sudah dekat: beliau masih sempat menanyakan shalat orang lain. Betapa beliau peduli dengan kebaikan orang sampai saat akhir hayat nya. Subhanallah Wallahu Akbar.
– Berlumuran Darah
Dalam perang Uhud, banyak para pejuang Islam meninggal sebagai syuhada. Salah satunya adalah Sa’ad bin Rabi’ Ra. Dia terluka dan tubuhnya berlumuran darah.
Namun, pada saat menjelang kematian, dia masih ingat dan menanyakan keadaan Rasulullah. Dirinya sendiri dalam kondisi gawat, tetapi nalurinya menganggap keadaan nabi lebih penting dari pada keadaan diri sendiri.
Mungkin kalau diungkapkan, selama Nabi tetap selamat, maka kematian ku tak aku pedulikan.
Imam Ahmad bin Hambal, ulama Salaf berkata “Jika ada peluang untuk mengerjakan kebaikan, lekas-lekaslah engkau kerjakan kebaikan itu. Sebelum datang sang pemisah antara dirimu dengan kebaikan tersebut.” (**)
* Dinukil dari buku Muhamad Yasir, 2019)
* Kiriman Albar Sentosa Subari, Penulis domisili di Bukit Lama Palembang