Peran serta Pemerintah dalam Meningkatkan Potensi Wisata Budaya
MAKLUMATNEWS.com, Palembang –Membaca berita yang terbit hari ini berjudul ‘Pemetaan Potensi Wisata Budaya Berbasis Kearifan Lokal’ (Dosen Fakultas Filsafat UGM Melakukan Pengabdian Masyarakat di Palembang).
Tentu muncul pertanyaan sementara bahwa apa gerangan yang akan diambil dari kegiatan pengabdian tersebut. Yaitu Pemetaan Potensi Wisata Budaya Berbasis Kearifan Lokal.
Dengan objek pengamatan adalah benda benda yang berupa Smsitus situs hasil dari budaya komunitas berupa benda.
Tentu ada hal yang ingin digali dari philosofi filsafat ketimuran ( baca Nusantara), yang ada di dalam setiap bentuk dan warna serta letak dan posisinya.
Kalau itu yang dicari sebagai hasil akhir adalah suatu hal yang mulia. Guna memperkaya khasanah nilai nilai tradisional bangsa Indonesia sebagai warisan yang tidak ternilai harganya guna mencapai Negara Kesatuan Republik Indonesia ( kalau kita mau memasuki ranah nya lebih jauh).
Terlepas dari semua motivasi dan tujuan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat rekan rekan dari Dosen Filsafat UGM dan kebetulan penulis juga ber almamater di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta merasa senang dan menambah semangat kami sebagai komunitas perkumpulan penggiat yang bergerak di bidang kebudayaan khususnya Lembaga Adat Melayu Sumatera Selatan dan umumnya Lembaga Adat Rumpun Melayu se Sumatera.
Hasil pemetaan potensi wisata budaya berbasis kearifan lokal tersebut akan berguna bagi pembangunan yang berwujud dan atau tak berwujud tentu harus ditopang dengan kemauan bersama sama antara masyarakat pecinta budaya khususnya dan masyarakat Sumatera Selatan umumnya.
Tentu ini tidak terlepas dari fungsi dan peranan pemerintah daerah baik di tingkat propinsi dan terutama di kabupaten dan kota.
Karena kabupaten dan kota itu yang memiliki warisan langsung dari generasi generasi sebelumnya. Dan mereka akan lebih mengetahui sejarah dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya.
Artinya, dua fungsi ini ( budaya dan pariwisata) harus berkesinambungan tidak boleh ada kesenjangan keduanya. Sebab masing bidang ( budaya dan pariwisata) tidak sama namun tak terpisahkan.
Budaya merupakan hasil kegiatan suatu komunitas dalam menghadapi tantangan alam dan zaman ( Ki hadjar Dewantara).
Sedangkan pariwisata adalah suatu kegiatan yang sifatnya promosi, kalau dalam bahasa sehari hari hanya memperkenalkan atau menjual hasil budaya kepada orang yang berminat sebagai wisatawan lokal dan atau wisatawan mancanegara.
Sehingga untuk mencapai keberhasilan yang maksimal maka setiap elemennya harus mempunyai visi misi yang sama: bukan parsial, artinya sekedar kegiatan tahunan untuk menyambut momen momen tertentu ( kontemporer).
Kalau tidak silap ingat bahwa Sumatera Selatan sudah memiliki Peraturan Daerah tentang itu , cuma apakah sudah efektif berlaku nya itu yang menjadi persoalan.
Oleh : Albar Sentosa Subari, Ketua Lembaga Adat Melayu Sumatera Selatan