OPINI

Adat : Hidup dan Matinya karena Alam dan Zaman

MAKLUMATNEWS.com, Palembang — SEIRING dengan berlalunya adat maka setiap orang dapat merasakan sendiri segala manfaatnya.

Lambat laun adat itu dirasai oleh nya sebagai laku kodrat yang amat sesuai dengan kehendak alam, sehingga orang mengalami bersatu dengan alam, yang menimbulkan rasa bahagia.

Inilah sebabnya tiap tiap orang tidak suka melepaskan sesuatu syarat adat dengan ikhlas dan merdeka, takut kalau kalau akan berkurang atau lenyap bahagianya.

Sebaliknya manusia itu kadang kadang mengalami kekesalan atau kekecewaan, yaitu saat ia tidak dapat mencapai apa yang dimaksud.

Pengaruh alam dan zaman adalah penguasa kodrat yang tidak dapat dihindari oleh manusia.

Barangsiapa tak suka takluk kepada nya, niscayalah dia akan menanggung akibatnya, barang siapa tidak suka berpakaian tebal di musim atau tempat yang dingin, dengan sendirinya dia akan menanggung kedinginan; pada waktu atau tempat yang orang harus berlaku cepat, harus lah dia bertenaga sesuai dengan keadaan itu, jika dia tidak suka, niscaya lah dia akan menanggung kesukaran.

Dengan dua contoh ini cukup bukti bahwa setiap orang yang menghendaki selamat dan bahagia tak akan mencapai apa yang dikehendaki, kalau tidak suka takluk pada kondisi zaman dan alam.

Adat yang tidak sesuai dengan kondisi alam dan zaman, niscaya akan menyukarkan hidup dan mengurangi kemanfaatan buat diri seseorang dan hidup khalayak nya.

Orang yang tidak berani maju melangkah, di mana dia menemui jalan yang bercabang, maka di situlah sulitnya sifat hidup dan saat kematiannya.

Buat hidupnya adat, di situlah datang saat nya kesempatan, yaitu hidupnya adat dan lenyapnya kehidupan adat tersebut.

Di mana setiap waktu dan keadaan, yakni zaman dan alam tadi terus menerus berubah, maka seiring dengan itu pula adat harus mengikuti, sehingga senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman dan alam untuk dapat digunakan oleh manusia.

BACA JUGA  Pengaruh Adat dalam Sikap Perilaku Masyarakat

Acap kali ini tidak sesuai dengan kemauan manusia; inilah dalam hakikatnya sudah layak untuk berubah, karena kemajuan itu berarti harus meninggalkan tradisi lama. Waktu dan keadaan baru tak akan dapat sesuai dengan tradisi lama.

Pertentangan antara adat dan kemajuan itu sering tidak sesuai dengan kaum konservatif, tetapi juga oleh semua kalangan yang merasa dirugikan.

Boleh jadi orang tidak suka melepaskan tradisi lama, karena dia percaya pergantian itu akan menyukarkan atau merugikan kemajuan.

Sebaliknya tidak kurang contoh orang yang biasa radikal, membuang beberapa adat, akan tetapi salah satu adat yang tertentu ia tidak suka meninggalkan atau mengubah.

 

Ngulur Mengkerut

Prof. MM. Djojodiguno, SH, guru besar hukum adat di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang diteruskan oleh Prof. Iman Sudiyat SH berujar adat istiadat itu bersifat ” Dinamis sekaligus Plastis, atau bahasa lain disebut ” Ngulur Mengkerut.”

Sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa adat istiadat yang merupakan bagian dari kebudayaan itu adalah hasil dari” Budi dan Daya ” manusia.”

Di mana manusia selalu mengikuti atau menyesuaikan dengan Alam dan Zaman.

Maka kesalahan besar bila seseorang yang memaknai adat sebagai suatu ” Kekolotan.”

Yang menganggap adat hanya sesuai dengan masyarakat tradisional atau sederhana sehingga memandang adat sebagai faktor penghambat kemajuan zaman.

Atau sebaliknya yang mengatakan bahwa kemajuan akan merusak adat istiadat yang sudah lama dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Bahwa mereka lupa adat itu adalah sebagai hasil Budi dan Daya manusia dalam menyesuaikan diri dengan alam dan zaman nya. (*)

 

Oleh : Albar Sentosa Subari, Dosen dan Ketua Pembina Adat Sumsel

BACA JUGA  Sejarah Peringatan Malam Nisfu Sya'ban

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button