Anggaplah Besar Dosa-dosamu

MAKLUMATNEWS.com, Palembang — ORANG beriman dan bertakwa akan selalu takut kepada Allah, senantiasa mengagungkan Nya, menganggap besar dosa dan maksiat yang dilakukannya dan selalu merasa hina di sisi Allah.
Allah mensifati hamba hamba Nya yang beriman, dengan firman Nya :
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan diakhir akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah.” (QS. adz-Dzariyat, 17-18)
Abdullah bin Mas’ud menggambarkan dengan jelas bagaimana kondisi orang beriman menilai maksiat.
Orang beriman melihat dosa dosa nya seolah olah dia duduk di bawah gunung, ia takut gunung itu menimpa nya.
Sementara orang yang fajir, suka berbuat dosa melihat dosanya seperti yang lewat di atas hidungnya.
Shahih diriwayatkan imam Bukhari dalam Shahihnya 6308.
Ibnu Abi Jamrah mengatakan, Hikmah dalam penyerupaan dosa dengan gunung adalah.pada sesuatu yang membahayakan selain adakalanya terdapat faktor penyelamat nya.
Berbeda dengan gunung, apabila ia menimpa seseorang, maka biasanya orang tidak akan selamat dari nya. (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 11/119)
Seharusnya seorang hamba senantiasa menjadi kan dirinya sebagai pihak tertuduh dalam setiap kesalahan.
Ini akan memudahkannya bertobat dan mengakui kesalahannya.
Sahl bin Hanif menegaskan, Wahai manusia, tuduhlah diri kalian, sungguh kami melihat diri kita seperti itu pada saat perjanjian Hudzaifah. (Ibnu Katsir, 7/218)
Kepekaan dan ketakutan terhadap dosa bukan keistimewaan yang harus dimiliki Ibnu Mas’ud saja.
Sifat itu dimiliki oleh generasi awal pada umumnya.
Dari Anas, ia berkata, “Sungguh kalian melakukan amalan yang dalam pandanganmu lebih lembut daripada rambut, sungguh kami menilainya pada masa Rasulullah termasuk dosa yang menghancurkan.” (HR. Imam Bukhari, 6492)
Anas mengatakan hal itu kepada salah satu tabiin dan salah satu murid nya untuk membandingkan pandangan mereka terhadap dosa mereka dengan pandangan para sahabat Rasulullah.
Sebesar apa dosa dosa para tabiin tersebut. Dan bagaimana perbandingan pandangan kita terhadap dosa dosa itu dan kekurangan kita dengan pandangan generasi tersebut.
Apa kira kira yang akan dikatakan. Anas seandainya ia melihat apa yang kita lakukan.
Hudzaifah bin Yaman, mengatakan, jika seseorang mengatakan sesuatu perkataan pada masa Rasulullah, maka dengan perkataan itu ia menjadi munafik.
Tapi aku mendengar perkataan itu dari salah satu dari kalian empat kali dalam satu majelis. (Riwayat Ibnu Abi Ashim hal.69 dan Abu Nuaim, 1/279)
Saudara ku yang budiman, menganggap besar suatu dosa akan melahirkan istighfar, tobat, penyesalan dan tangis memohon ampunan Allah.
Dan semua itu bisa menjadi faktor utama yang memungkinkan pelaku dosa itu mengalahkan syahwat dan hawa nafsu.
Sedangkan mereka yang menganggap remeh suatu dosa, bertekad berobat tetapi dengan tekad yang sangat lemah, akan gampang lenyap lah tekad itu oleh kemaksiatan. (*)
* Oleh : Albar Sentosa Subari
Dosen dan Ketua Pembina Adat Sumsel