Pengaruh Adat dalam Sikap Perilaku Masyarakat


MAKLUMATNEWS.com, Palembang –DALAM kehidupan masyarakat selalu ditemui kebiasaan kebiasaan tertentu.
Kebiasaan itu ada yang demikian tebal dan mendalam, sehingga merupakan adat istiadat menjadi adat atau kebiasaan yang dipadatkan.
Apabila kita kaji asal usul bahasa, kata adat itu sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah yaitu ADHI, sudah bermakna kebiasaan dan akhiran i menunjukkan tempat atau alam di mana adat itu berlaku.
Pendiri – pembentuk adat menurut tempat dan zaman nya, sangat mementingkan persoalan alam sekitar nya sebagai sumber guna kepentingan masyarakat yang dibentuk nya.
Apa saja yang terdapat pada alam, dipelajari, diselidiki, mulai dari kejadian, sifat yang berada di alam.
Makhluk dan tumbuh tumbuhan sampai kepada yang abstrak. Maka dalam philosofi masyarakat Melayu atau Minangkabau ada pepatah Alam menjadi Guru.
Ringkasnya segala kejadian sekitarnya, diambil pelajaran dan digunakan untuk keselamatan anggota masyarakat.
Digunakan sebagai alat penuntun, untuk tujuan kebahagiaan jasmani dan kesejahteraan bathin.
Falsafah yang timbul dari pengetahuan dan pengalaman di alam sekitar itu merupakan telaga ilmu yang tidak pernah kering dan terbentuk nya susunan susunan hukum masyarakat yang berbudaya.
Sebagai contoh dapat disebutkan antara lain :
– jangan dekatkan panggang dengan kucing.
– laut mana yang tidak berombak
– bumi mana yang tidak ditimpa hujan
– laut Budi tepian akal
– karena nila setitik habis santan sebelanga.
Apa yang dinukil kan di atas, hanyalah merupakan sebilah kecil saja dari timbunan pepatah dan petitih dan pantun yang tak terbilang jumlahnya.
Pandangan ini kemudian disempurnakan lagi dengan norma norma agama.
Berdasarkan falsafah pandangan hidup di alam bebas tadi, yang selanjutnya didapatkan pula kaedah kaedah agama, maka timbullah sebagai buahnya yang kita sebut dengan Adat bersendikan Syara’ dan Syara’bersendikan Kitabullah. Alquranul karim.
Dari beberapa perilaku kehidupan masyarakat yang dituntun oleh adat, dapatlah kita lihat bahwa kepentingan perilaku yang esensial tidak akan tertindas oleh kepentingan umum, demikian pula sebaliknya.
Namun yang diutamakan oleh adat adalah kepentingan untuk keseluruhan nya yang harus dapat menyesuaikan dengan ketentuan ketentuan menurut kebenaran dan kemajuan dalam setiap keadaan.
Oleh karena itu sikap yang ditimbulkan menurut adat adalah selalu harus menyesuaikan diri, seperti pepatah :
– di mana ranting dipatah, – di situ air ditampung,
– di mana bumi dipijak,
– di situ lah langit dijunjung.
Atas dasar musyawarah ditentukan adat yang berisi kaedah kaedah yang harus dilaksanakan dalam berbagai bidang menurut zaman dan keadaan nya.
Peraturan Inilah yang dinamakan adat yang diadatkan, seperti pepatah :
– sekali air bah, sekali tepian berpindah.
– sekali zaman beredar, sekali adat berkisar.
– adat pasang turun naik,adat api panas.
– dalam gerak berkeseimbang, antara akhlak dan pengetahuan
Dasar prinsip adat ialah agar hidup ini selalu harmonis.
Adatpun telah mengajarkan dan memberi landasan corak kehidupan masyarakat yang bersifat kebersamaan dan saling tolong menolong, bantu membantu, apa seperti ungkapan dalam pepatah :
– ke hulu sama berakit
– ke hilir sama berenang
– lembah sama dituruni
– gunung sama didaki
– ringan sama dijinjing
– berat sama dipikul.
Demikianlah adat berkisar terus, tidak mati, hidup senantiasa menyesuaikan diri dengan kemajuan manusia yang hidup di alam yang fana ini. (*)
* Albar Sentosa Subari
Dosen dan Ketua Pembina Adat Sumsel