Rosianna Silalahi : Tidak Ada Yang Salah Dengan Perbedaan Selama Saling Menghargai Antar Agama

MAKLUMATNEWS.com, PALEMBANG — Masyarakat Indonesia dibuat gempar atas pernyataan Kementerian Agama Republik Indonesia mengenai kekuatan volume adzan di Indonesia yang dianggap mengganggu masyarakat akibat volume adzan yang terlalu keras.
Di Media sosial pun beredar kembali pernyataan Rosianna Silalahi seorang Jurnalis juga pembawa acara Televisi yang beragama non muslim. Rosianna Silalahi dari keluarga katolik bercerita bagaimana dirinya sejak kecil sudah diajarkan bahwa kita hidup tidak sendiri, kita berbeda dan tidak ada yang salah dengan perbedaan itu. Termasuk bagaimana keluarganya menyikapi suara adzan.
Dilansir dari Kementerian Agama Republik Indonesia dalam tayangan twitter 18 maret 2018 lalu, Rosianna menceritakan pengalamannya hidup bersana keluarga ditengah mayoritas umat muslim.
Sejak kecil hingga beranjak SMA ia sekolah di Katolik hingga menikahpun ia merasa selalu dijaga oleh umat muslim Indonesia.
Ia mengatakan dirinya tidak pernah merasa bahwa kita mempunyai isi agama. Dari dulu berdampingan dan bersama.
“Ketika saya masih kecil, dulu kita hanya punya stasiun televisi TVRI yah. Selalu ada adzan magrib di TVRI. Almarhum ibu saya selalu mengatakan besarkan volume televisi itu. Ibu saya mengatakan kita tidak tahu artinya tapi saya tahu ini adalah alunan kemuliaan untuk tuhan,”katanya.
Ia mengatakan, ia telah diajarkan bahwa kita hidup tidak sendiri, berbeda dan tidak ada yang salah dengan perbedaan itu selain selama kita tau diri, menghargai dan menghormati perbedaan itu.
“Dan buat saya, nilai dalam keluarga itulah membuat saya dan kakak kakak saya memiliki pemahaman seperti itu, jadi penting sekali nilai yang ditanamkan dalam keluarga,”katanya dalam salah satu program acara televisi ‘Mengaji Indonesia’ dengan tema Islam Indonesia Penebar Kedamaian.
Dengan beredar luasnya berita di media sosial, kitalah yang harus menyaring sendiri mana berita yang benar dan tidak benar. Menurutnya, setiap agama pasti ada orang ‘ngaco’ (tidak benar). Kalaupun itu ada, hal itu tidak mengganggu pandangannya dan penghormatannya pada umat muslim pada umumnya.
Indonesia adalah Negara Demokrasi dengan populasi umat muslim terbesar di Dunia. Selama 20 tahun Reformasi, Indonesia telah membuktikan sebagai contoh masyarakat muslim dengan sistem demokrasi yang terbaik di dunia. Dunia harus belajar dari umat muslim Indonesia dan itu membanggakan sekali.
Ia menambahkan, dalam menyikapi banyaknya beredar berita buruk di sosial media yaitu dengan harus waspada, tidak bisa memandang remeh tapi tidak dengan membesar-besarkan dan paranoid.
“Media dalam hal ini haruslah menjadi corong untuk nilai-nilai ajaran agama yang baik dan menajdi panggung untuk ulama ulama seperti Gusmus yang terus menerus mengedepankan nilai-nilai islam yang menjadi rahmat bagi semua makhluk,”katanya.
Reporter : Pitria