Surat Cinta untuk Papa

MAKLUMATNEWS.com, Palembang –Entahlah harus ku mulai dari mana dulu, yang pasti ketika tulisan ini dibuat, kita masih di tempat yang sama atau ditempat dimana kita akan kembali.
Karena kita tidak ada yang pernah tau, kapan malaikat maut menghampiri kita. Yang pasti sebelum waktu itu datang aku ingin Papa mengetahui betapa aku sangat menyayangi mu.
Mungkin hubungan kita tak seakrab mereka, karena aku tlah kehilangan sosok Papa sejak usia ku 15 tahun, kita memiliki jarak yang begitu kuat karena kemarahan ku, keras kepala ku, ego ku dan gengsi ku yang begitu tinggi.
Aku tak pernah terima bahwa jalan hidup ku yang telah Allah gariskan menurutku begitu kejam, sampai aku menemukan titik di mana aku tersadar apa pun yang telah Allah lukiskan untuk hidup ku sesungguhnya begitu indah. Aku bisa sekuat ini pun karena jalan ceritanya dibuat begitu detail oleh Allah.
Hijrah mu beberapa tahun terakhir inilah yang membuat hubungan kita mulai membaik, aku bangga ketika diri mu tak bisa meninggalkan sholat lima waktu ke masjid, bahkan malam hari sering ku lihat dirimu sedang melaksanakan sholat malam dan dzikir hingga pagi.
Tapi ketika diri mu baru memulai hijrahnya, Allah satu persatu mengambil nikmat hidupnya.
Allah menghilangkan pekerjaannya, Allah mulai mengambil nikmat kesehatannya, dengan cara satu persatu penyakit dalam tubuhnya menghampiri hingga matanya pun tak dapat melihat keindahan dunia lagi.
Bahkan Allah menghilangkan wanita yang ia cintai melebihi cintanya terhadap Allah dengan cara meninggalkan papa di saat dalam kondisi terpuruk.
Cobaan datang silih berganti, tapi di saat itulah cara Allah memperbaiki hubungan kita yang rusak selama ini.
Mama yang bertahun-tahun disakiti masih mau menerima semua kekurangan yang ada pada papa ku hingga detik ini.
Dan Hari ini, ketika kulihat wajah dan tubuh mu yang dulu begitu gagah kini tak ada semangatnya lagi, kau hanya terdiam di atas kasur tipis dengan air mata yang selalu mengalir meratapi rasa sakit di sisa masa-masa tua mu.
Tak kuat rasanya hati ini melihat rintihan mu.
Hati ku semakin terasa teriris-iris saat ingatan mu tak lagi bisa menampung memori yang telah kau lalui, bahkan untuk mengingat satu persatu nama anak-anak mu pun tak lagi sanggup.
Beberapa hari yang lalu saat diri mu masih bisa kuajak bicara dengan baik, kau sempat berpesan, “Jadilah anak sholeha buat papa, jangan pernah tinggalkan sholat, jagalah mama mu, dia wanita hebat yang masih sanggup menerima semua kekurangan ku hingga detik ini, jangan ngumpulin “sampah” (harta) biar memudahkan hisab dan manfaatkanlah masa muda mu untuk berbuat baik, perdalam ilmu agama biar tidak hina di masa tua, biar idak kayak papa” ucap mu waktu itu.
Papa, pesan-pesan mu pasti akan aku ingat selalu, perjalanan hidup mu akan aku jadikan pelajaran yang berharga.
Aku bangga pada papa. Kita tidak pernah tau kapan nafas ini akan berhenti tapi hijrah mu hingga diujung jalan ini akan menjadi saksi bahwa kau adalah orang baik.
Sekarang, semenjak diri mu hanya terbaring di kasur hal yang paling aku rindukan adalah ketika diri mu meminta diantarkan ke masjid meskipun mata mu tak dapat melihat lagi, tapi semangat mu untuk sholat berjamaah ke masjid luar biasa.
Papa….
Kita memiliki dosa dengan cara masing-masing, aku tau diri ku pun jauh dari kata sempurna sebagai seorang anak.
Tapi saling memaafkan adalah jalan terbaik, apa pun yang telah terjadi di masa lalu tentang hidup kita yang tak begitu indah adalah cara Allah memberikan pelajaran yang luar biasa kepada umatnya.
Papa…
Baik buruk yang telah dilewati, kau tetaplah orang tua ku yang sangat berarti dalam hidup ku, aku hanya bisa berdoa pada Allah, semoga Allah memberikan jalan yang terbaik untuk hidup kita di dunia maupun di akhirat kelak.
Menerima taubat kita dan memberi ampunan yang sangat luar biasa.
Aammiiinnnnn Allahuma Ammiiinnnn…….
Aku sayang papa…
Penulis : Ardillah Aquariani.Mp