Surat Ar-Ra’d Ayat 28, Manfaat Berdzikir: Obat Mujarab Hati yang Gelisah
MAKLUMATNEWS.com —- — Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra’d ayat 28:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
Arab-Latin: Allażīna āmanụ wa taṭma`innu qulụbuhum biżikrillāh, alā biżikrillāhi taṭma`innul-qulụb
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Tafsir
Mengutip Islam.nu.or.id, berikut tafsir Surat Ar-Ra’d Ayat 28:
– Tafsir Munir
Di Kitab Tafsir Al-Munir, jilid XIII, halaman 165, Syekh DR. Wahbah Zuhaili menyebutkan surat ar-Ra’d, ayat 28 ini menggambarkan dengan indah betapa hati yang senantiasa berdzikir pada Allah akan memancarkan cahaya ketenangan.
Hati yang selalu ingat kepada Allah, menurutnya, laksana sebuah pelita yang memancarkan cahaya terang, menuntun seseorang melewati kegelapan kehidupan yang penuh dengan kegelisahan dan keraguan.
Dalam dzikir, terdapat kedamaian yang tiada bandingnya—kedamaian yang berakar dari keyakinan kokoh akan kuasa dan kasih sayang Allah, yang melindungi dan mengarahkan setiap langkah kehidupan mereka.
Ketenangan hati yang dirasakan oleh orang-orang beriman, kata Wahbah Zuhaili, bukanlah ketenangan yang biasa. Itu adalah ketenangan yang berasal dari keyakinan penuh akan kebesaran Allah dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Dengan mengingat Allah, mereka menemukan kedamaian yang mampu menghilangkan segala bentuk kecemasan dan ketakutan.
Orang yang beriman dan senantiasa berdzikir pada Allah tidak lagi akan takut diguncang oleh dunia, karena dalam hati mereka telah tertanam kuat cahaya iman yang menenteramkan jiwa dan memberikan kekuatan dalam menjalani kehidupan.
يهدي الله الذين صدقوا بالله ورسله، وسكنت قلوبهم إلى توحيد الله ووعده، أنسا به، واعتمادا عليه، ورجاء منه، ألا بتذكر الله، وتأمل آياته، ومعرفة كمال قدرته عن بصيرة، تطمئن قلوب المؤمنين، ويذهب القلق والاضطراب عنهم، بما وقر في تلك القلوب من نور الإيمان
Artinya: “Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, yang hati mereka tenang dengan tauhid kepada Allah dan janji-Nya.
Mereka merasa tenteram karena mengingat Allah, merenungkan ayat-ayat-Nya, dan memahami kesempurnaan kekuasaan-Nya dengan penuh keyakinan.
Dengan demikian, hati orang-orang beriman menjadi tenang, dan rasa khawatir serta gelisah pun hilang dari diri mereka, karena telah tertanam dalam hati mereka cahaya iman yang kokoh.”
Sejatinya, surat Ar-Ra’d ayat 28 memiliki korelasi [munasabah] dengan surat Az-Zumar ayat 23, dzikir kepada Allah mampu menenangkan hati manusia.
Ayat-ayat ini menggambarkan ketika mereka mengingat Allah, kulit dan hati mereka menjadi lunak, dipenuhi dengan kelembutan dan kerendahan hati.
Kelembutan ini mendorong mereka untuk sepenuhnya mengikuti perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jiwa mereka menjadi lebih hidup, semangat mereka bertambah, dan mereka pun terdorong untuk berbuat amal saleh serta berjihad di jalan Allah dengan penuh kesungguhan.
ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ
Artinya : “Kemudian, kulit dan hati mereka menjadi lunak ketika mengingat Allah.”
Begitu juga, ayat 28 ini ada korelasi dengan surah al-Anfal ayat 2 yang menggambarkan orang yang mengingat janji pahala dari Allah, hatinya akan senantiasa tentram.
Simak firman Allah berikut:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal.”
– Tafsir Thabari
Imam Thabari dalam kitab Tafsir Jami’ al Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an, jilid XVI, halaman 432 menafsirkan Surat Ar-Ra’du ayat 28 dengan menekankan pentingnya berdzikir pada Allah sebagai sumber ketenangan hati. Ketika seorang hamba mengingat Allah, hatinya menjadi tenang dan merasa nyaman. Simak ungkapan Imam Thabari berikut:
وتسكن قلوبهم وتستأنس بذكر الله
Artinya, “Hati mereka menjadi tenteram dan mereka merasa nyaman dalam mengingat Allah. (Imam Thabari, Jami’ al Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an, [Mekkah: Darul Tarbiyah wa Turats, t.t.], jilid XVI, halaman 432).
Sejatinya, ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh dzikir dalam menenangkan jiwa dan menghilangkan kegelisahan.
Lebih lanjut, Imam Thabari menekankan bahwa ketenangan hati ini tidak hanya bersifat sementara, tetapi merupakan hasil dari hubungan yang erat dengan Allah melalui dzikir.
Dzikir, atau mengingat Allah, adalah bentuk ibadah yang menghubungkan hamba dengan Penciptanya, dan dengan itu, hati mereka menjadi tenteram dari segala kekhawatiran dunia. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Nabi Muhammad bersabda:
عن عبد الله بن بسر قال: أتى النبي – صلى الله عليه وسلم – رجل، فقال : يا رسول الله إن شرائع الإسلام قد كثرت علينا، فباب نتمسك به جامع ؟ قال: لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله عز وجل
Artinya: “Dari Abdullah bin Basar, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam telah banyak bagi kami. Apakah ada satu pintu yang dapat kami pegang, yang mencakup semuanya?” Nabi bersabda, “Hendaklah lisanmu senantiasa basah dengan mengingat [berdzikir] Allah Azza wa Jalla.” (HR. Imam Ahmad).
– Tafsir Qurthubi
Sementara itu, Imam Qurthubi dalam kitab Jami’ Li Ahkami Al-Qur’an, تilid IX, halaman 315 memberikan interpretasi yang kaya makna terhadap Surah Ar-Ra’du ayat 28.
Ia menjelaskan bahwa ketenangan hati—sebuah keadaan yang sangat dicari dalam hidup ini—dapat dicapai melalui keimanan dan tauhid kepada Allah.
Kata ulama besar dalam Tafsir ini, dzikir kepada Allah, baik melalui lisan maupun dalam hati, berfungsi sebagai penyejuk jiwa. Hal ini menggambarkan betapa dzikir kepada Allah bukan hanya sekadar ucapan, tetapi merupakan sumber ketenangan yang menyeluruh bagi jiwa.
Dengan pengingat ini, iman seseorang akan memperkuat ketentraman batin mereka. Dengan cara ini, seseorang dapat menemukan kedamaian sejati yang memancar dari keyakinan yang kuat dan ketulusan beribadah.
أَيْ تَسْكُنُ وَتَسْتَأْنِسُ بِتَوْحِيدِ اللَّهِ فَتَطْمَئِنُّ، قَالَ: أَيْ وَهُمْ تَطْمَئِنُّ قلوبهم على الدوام بذكر الله بألسنتهم
Artinya; “Yaitu (hati mereka) tenang dan merasa tenteram dengan tauhid kepada Allah, sehingga mereka menjadi tentram. Ia berkata: Yaitu mereka, hati mereka senantiasa tenang dengan mengingat Allah dengan lisan mereka.” (Imam Qurthubi dalam kitab Jami’ Li Ahkami Al-Qur’an, Jilid IX, [Kairo: Darul Kutub Misriyah, 1964], halaman 315).
Dengan demikian, dzikir, sebagai bentuk nyata dari mengingat Allah, menjadi kunci utama untuk meraih kondisi batin yang sedemikian nyaman. Melalui dzikir, hati akan senantiasa terhubung dengan Sang Maha Pencipta, sehingga merasakan kedamaian yang abadi.
Wallahu a’lam