Pemutaran dan Diskusi Video Art Sastra Tutur Teater Potlot di Uniski Kayuagung

MAKLUMATNEWS.com, Kayuagung — Kamis (22/8/2024), digelar Pemutaran dan Diskusi Video Art Sastra Tutur Bersenandung dengan Perahu Kajang Teater Potlot di Uniski Kayuagung.
Bertujuan menjaga pesan luhur yang disampaikan dalam bentuk sastra tutur yang ada di Kabupaten OKI.
Manfaatnya agar dosen dan mahasiswa dalam lingkup Uniski mengetahui, melestarikan dan membudayakan sastra tutur sebagai warisan tidak benda.
Kegiatan yang berlangsung di kampus Uniski Kayuagung itu menampilkan dua pemateri.
Pemateri pertama Kristanto Januardi, S.S (Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI).
Pemateri kedua Triska Purnamalia, S.Pd., M.Pd (Dosen Prodi Bahasa Indonesia Uniski yang banyak melakukan penelitian tentang sastra tutur).
Para peserta terdiri dari Rektorat, Dekan dalam lingkup Uniski, dosen dan mahasiswa terutama pada prodi Bahasa Indonesia.
Juga disampaikan tiga kata sambutan masing-masing dari Taufik Wijaya (Teater Potlot).
Kemudian Kristanto Januardi, dan Dr Hj Azizah, SH., M.Hum selaku Wakil Rektor Uniski sekaligus membuka kegiatan.
Sastra tutur di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), antara lain terdapat di Kayuagung dan Pedamaran.
Sastra lisan yang menyerupai pantun dan disampaikan dengan irama yang khas.
Incang-incang di Pedamaran ini memiliki ketentuan irama a-b-a-b, dua baris pertama sampiran. Sedangkan di dua baris yang terakhir merupakan isi.
Tetapi adakalanya, dalam satu bait incang- incang merupakan isi semua.
Incang-incang telah hadir sejak nenek moyang, meski belum diketahui secara pasti kapan dan bagaimana incang-incang hadir.
Tetapi masyarakat sadar bahwa incang-incang sudah lama hidup berdampingan dengan masyarakat Pedamaran.
Incang-incang kini masih sangat berkembang di tengah masyarakat Pedamaran.
Keadaan yang baik memungkinkan incang-incang cukup berhasil dalam melestarikan sastra tutur.
Dalam upaya melestarikan incang-incang seringkali disajikan dalam bentuk perlombaan atau sekedar dalam perkumpulan masyarakat.
Sehingga incang-incang yang merupakan sastra tutur sangat perlu dilestarikan agar tidak punah dikarenakan penuturnya tidak ada. (Ril)