MOZAIK ISLAM

Rufaidah : Perawat Muslimah Pertama dalam Sejarah Islam Kebanggaan Rasulullah

MAKLUMATNEWS.com – Rufaidah Al- Aslamia lahir di Madinah sekitar 597 M dan berasal dari kalangan keluarga terpandang. Keluarganya dikenal sebagai keluarga tabib (sekarang biasa disebut sebagai dokter atau praktisi kesehatan) dan ahli nujum (orang yang pandai meramalkan sesuatu dengan melihat bintang). Ayahnya yang bernama Sa’ad Al-Bani Asram Al-Kharaj adalah seorang tabib terkenal di kalangan orang Madinah. Beliau tidak hanya mengobati luka atau sakit tetapi juga menjadi rujukan orang bertanya mengenai masa depan dan suatu permasalahan.

Selain ayahnya, bibinya yang bernama Hindun atau Ummu Khallad juga merupakan tabib perempuan sekaligus ahli ramal terkenal di kalangan Madinah.

Rufaidah dikenal pandai membaca, menulis, serta kaya raya. Ia juga ikut belajar mengenai ilmu keperawatan dari sang ayah. Ketika remaja, ia menjadi asisten di klinik pribadi ayahnya. Ia juga membantu berbagai pengobatan penyakit. Oleh sebab itu, ia digadang-gadang akan meneruskan klinik dan kehalian sang ayah.
Sebelum masa peperangan Islam, sekitar tahun 622 M, Rufaidah menyesuaikan metode pengobatannya dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Ia sudah tidak lagi menggunakan arak atau tuak tetapi menggunakan alpukat, madu dan lainnya. Tempat pengobatannya juga semakin bersih, higienis, suci serta wangi.

Salah satu peran penting yang dijalankan oleh Rufaidah adalah memberdayakan perempuan di masa itu. Atas seizin Nabi, ia mendirikan sekolah keperawatan pertama dalam sejarah Islam. Ia sendiri yang bertindak sebagai pemimpin sekaligus pengajar dalam sekolah tersebut.

Perawat-perawat perempuan periode ini disebut sebagai “Al-Asiyah”. Nama ini diambil dari kata “aasa” yang bermakna menyembuhkan luka. Para perawat ini juga yang menjadi pahlawan dalam jihad-jihad dengan mengobati luka para prajurit serta mendistribusikan makanan saat perang.

BACA JUGA  Nasihat Subuh : Kita Tidak Punya Apa-apa

Kiprah perjalanan kelompok Al Asiyah berlanjut pada tahun 623-630 masehi, ketika mereka berinisiatif meminta izin kepada Rasulullah untuk ikut ke medan perang. Ia ikut membantu saat terjadi Perang Badar, Uhud, Khaibar, dan Khandaq. Mereka akan melakukan perawatan kepada prajurit yang mengalami luka. Kelompok ini mendirikan rumah sakit lapangan atau tenda yang diberi nama Khaimah Rufaidah atau Tenda Rufaidah.
Tidak hanya dalam bidang kesehatan, Rufaidah juga merupakan aktor dibalik kemajuan pendidikan perempuan pada masa nabi saat itu. Ia telah mengangkat derajat perempuan yang sebelumnya sangat direndahkan pada masa Jahiliyyah. Ia mendorong perempuan-perempuan untuk memiliki pendidikan serta karir dalam melayani masyarakat.

Rufaidah adalah bukti bahwa perempuan mendapatkan tempat untuk bekerja maupun mendapatkan pendidikan, bahkan berjihad dari Nabi. Pendidikan bagi perempuan merupakan hal penting. Oleh karena itu, ia memberikan dorongan kepada perempuan sesamanya untuk berani mengambil pendidikan dan bekerja. Ia tidak hanya menyembuhkan penyakit kesehatan tetapi juga menyembuhkan penyakit sosial yang bisa berakibat lebih fatal dari penyakit kesehatan, seperti kemiskinan dan kelaparan.

Atas jasa-jasa yang dilakukan oleh Rufaidah tersebut, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memberinya sebuah hadiah. Penghargaan khusus ini langsung diberikan oleh Rasulullah kepadanya berupa kalung yang indah. Bahkah Rasulullah sendiri yang memakaikan kalung tersebut ke leher Rufaidah. Kalung ini terus digunakan oleh Rufaidah hingga ajal menjemputnya. Ia berpesan agar kalung itu dikuburkan bersama jasadnya dan Rufaidah menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 62 tahun.

Rasulullah mempertegas peran perempuan-perempuan ini dengan mengeluarkan perkataan bahwa apa yang dilakukan oleh Rufaidah adalah sebagai salah satu bentuk jihad sebagaimana yang dilakukan laki-laki dalam berperang.

BACA JUGA  Jangankan Berlaku Kasar, Menghardik Yatim pun Tak Boleh. Dosanya Amat Besar

Pengakuan ini juga sebagai bukti penghargaan yang dilakukan oleh Islam dan Rasulullah kepada perempuan, sekaligus menjadi tanda bahwa berjihad tidak selalu dengan perang dan mengangkat senjata, tetapi menjadi seorang perawat, dokter, dan tenaga medis lainnya juga merupakan jihad dalam menyelamatkan nyawa manusia serta agama Allah subhanahu wata’ala.

Selain itu, perannya dalam menuntaskan berbagai peramasalahan sosial juga merupakan bentuk jihad sosial. Rufaidah merawat anak-anak yatim piatu, memberikan pekerjaan kepada sejumlah orang, mengobati luka dan penyakit sosial yang ada di masyarakat, membantu setiap muslim yang membutuhkan, serta memberikan pendidikan kepada perempuan-perempuan.

Rufaidah adalah seorang revolusioner dalam kemajuan perempuan Arab pada waktu itu. Yang memiliki empati dan terus memotivasi orang lain. Perannya ini secara tidak langsung juga menginspirasi teori kesehatan selanjutnya. Seperti pendirian rumah sakit darurat yang digunakan dalam peperangan.

Sumber : Iqra.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button