OPINI

Mengembangkan atau Melestarikan Budaya?

MAKLUMATNEWS.com, Palembang — DUA kata ” mengembangkan dan melestarikan” sering penggunaannya kurang cocok dengan objek tentang apa yang akan dikembangkan atau yang akan dilestarikan itu.

Karena kadang kadang setelah dipadukan dengan kata yang menyusul di belakangnya akan menjadi tidak jelas arti dan makna yang sebenarnya yang kita maksudkan itu.

Kata mengembangkan dan melestarikan mempunyai perbedaan yang bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Akibatnya akan menimbulkan perbedaan maksud dan tujuan.

Untuk itu kita terlebih dahulu mencari akar kata dari masing masing.

Mengembangkan berasal dari kata dasar ” kembang”. Sedangkan Melestarikan berasal dari kata dasar ” lestari”.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( bp. Balai Pustaka, 1988).

Mengembangkan bermakna: menjadikan sebagai kembang/ bunga ( halaman 415).

Sedangkan Melestarikan bermakna membiarkan hidup tidak berubah; membiarkan tetap seperti keadaan semula, mempertahankan kelangsungan.( Melindungi dari kemusnahan atau kerusakan: konservasi: Sumber Daya Alam/SDA., halaman 520).

Sekarang kita kembali ke fokus tulisan kita yaitu berawal dari pertanyaan apakah tepat penggunaan kata melestarikan bila bicara persoalan budaya/ adat istiadat. Apakah lebih tepat digunakan kata mengembangkan untuk bicara kebudayaan.

Koentjaraningrat dalam disertasinya berjudul Metode Antropologi mengatakan kebudayaan adalah hasil dari Cipta, Karsa, dan Rasa manusia sebagai hidup bermasyarakat dan akan menghasilkan budaya ( salah satu kebudayaan).

Sedangkan Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya Kebudayaan, mengatakan bahwa kebudayaan/ budaya adalah hasil dari Daya dan Upaya manusia menghadapi tantangan alam dan zaman.

Prof. M.M. Djojodiguno dan Prof. Iman Sudiyat SH, keduanya guru besar hukum adat di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, mengatakan Budaya termasuk di dalamnya adat istiadat bersifat klasik sekaligus modern atau disebut juga dengan istilah plastis dan dinamis.

BACA JUGA  Budaya Malu dan Budaya Bersalah

Dari empat referensi di atas yang ketokohan tidak diragukan lagi bahwa penggunaan kata lestari akar kata dari melestarikan kebudayaan adalah kurang tepat atau dengan istilah ekstrim selama ini kita menggunakan melestarikan kebudayaan salah dalam makna. ( lihat penjelasan sebelumnya).

Seirama dengan Prof. Dr. H. Kusnadi, SH, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada/ staf ahli Departemen Lingkungan Hidup dalam bukunya Hukum Lingkungan mengatakan kata ” melestarikan lebih tepat untuk konservasi sumber daya alam bukan sumber daya manusia ( budaya).

Penulis suatu saat mendengar kalimat mengembangkan budaya bukan melestarikan budaya saat adanya acara dialog Jaya Suprana dengan Anis Baswedan di RM TV, di mana keduanya sepakat dengan istilah mengembangkan bukan melestarikan budaya.

Anis Baswedan mencontoh: awal batik adalah bahan membuat kain untuk ibu ibu, namun berkembang sekarang menjadi bahan pembuatan baju atasan ( baju batik) yang dipopulerkan oleh bapak Soeharto saat presiden RI. Dan berlanjut dan berkembang menjadi bahan bahan yang digunakan untuk keperluan lain.

Pembicaraan mereka berawal dari philosofi pohon bambu yang banyak tumbuh di pedesaan. Awal merebut kemerdekaan Indonesia digunakan sebagai alat bergerilya yaitu dikenal dengan senjata ” bambu runcing”.

Simpulan bahwa kalau yang kita maksudkan adalah budaya sebagai hasil Budi dan Daya adalah tepat menggunakan istilah MENGEMBANGKAN BUDAYA, bukan Melestarikan Budaya.

Karena budaya itu hidup dan tenggelam bersama kemajuan teknologi. Jadi tidak ortodoks mengatakan harus melestarikan budaya tanpa peduli dengan perkembangan zaman.

Khusus untuk hasil budaya yang sifatnya permanen atau hasil alam maka tepat menggunakan istilah melestarikan. Misalnya melestarikan hasil budaya berupa cakar budaya.

Bukan melestarikan Simbur Cahaya, tapi yang tepat adalah mengambil nilai nilai yang ada di SC sebagai kompilasi gambaran budaya menjadikan nya rujukan di dalam pembuatan hukum positif tertulis, kalau sesuai dengan nilai nilai Pancasila yang sedang memasuki dunia globalisasi dan modernisasi.

BACA JUGA  Politik Grasak Grusuk, Menyoal Iklan Kampanye Pemilu

 

Oleh : Albar Sentosa Subari, Dosen Purna FH Unsri dan Ketua Pembina Adat Sumsel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button