OPINI

Memaknai Pancasila

Albar Sentosa Subari. (Foto : IST)

 

MAKLUMATNEWS.com, Palembang –Setiap tanggal 1 Juni kita bangsa Indonesia selalu memperingati hari lahirnya Pancasila, sebagai sejarah panjang proses perjuangan bangsa Indonesia, yang akhirnya tercetus Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Hamka dalam buku yang berjudul Memahami Hamka ( the Untold Stories) yang ditulis oleh Haidar Musyafa, pada halaman 25, mengutip pernyataan Presiden Sukarno bahwa rukun Pancasila serupa dengan rukun Islam, yang tidak boleh hanya dikerjakan salah satu satunya saja.

Terlepas dari adanya pro dan kontra terhadap pandangan tersebut, Hamka menjelaskan bahwa Presiden Sukarno adalah pemimpin yang sudah mengetahui secara pasti dasar dasar ideologi dan filsafat dari Pancasila.

Karena, di dalam perpustakaan nya, Sukarno memiliki banyak sekali buku yang membahas tentang Islam, termasuk yang mengupas filsafatnya (ibid, 27).

Menurut Hamka, pintu kemerdekaan Indonesia dibuka dengan keyakinan terhadap ” Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal itu tak lain karena bangsa Indonesia secara jujur mengakui bahwa kemerdekaan yang berhasil didapatkannya merupakan Rahmat Allah, Tuhan Yang Maha Esa ( Hamka, 2015).

Ketuhanan Yang Maha Esa adalah seb urat punggung daripada Pancasila, sebab, di dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung ajaran tauhid, yang memberikan pengakuan bahwa Allah adalah satu satunya Tuhan yang layak disembah. Tidak ada Tuhan selain daripada Nya. Segala yang ada di bumi ini tunduk pada kehendak dan kekuasaan Nya.( Ibid).

Maknanya bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi urat tunggang ( istilah Hamka), atau sebagai akar tunjang kalau dimisalkan sebagai ilustrasi pohon.

Dengan demikian sebagai urat punggung/ akar tunjang ” Sila pertama Yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,; sebagai sila pertama yang menjiwai sila lainnya, maka bangsa Indonesia meletakkan pondasi tauhid dalam berbangsa dan bernegara.

BACA JUGA  Untukmu Palestina, Semoga Allah SWT Memberi Solusi Terbaik Buatmu

Beberapa contoh perjuangan bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan antara lain misalnya Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Tengku Cik Di Tiro, Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang, mereka berjihad di landasan nilai ketauhidan yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Makna lain yang dapat dianalisis adalah bahwa sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa ambil contoh adalah Allah telah menciptakan manusia yang bersuku suku dan berbangsa bangsa agar mereka saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya. sebagai mana termaktub dalam Qur’an Surat Al- Hujurat ayat 13.

Yang dengan sendirinya akan memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Persatuan Indonesia dibangun atas dasar keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, telah mengajarkan bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan berbangsa bangsa dan bersuku suku agar saling mengenal bukan saling mencurigai.

Demikian pula dengan sila sila lainnya ” keadilan”. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak lain merupakan sebuah kewajiban untuk bersikap adil dan berlaku kepada siapapun, baik masyarakat, pejabat negara, tak terkecuali kepada Presiden.

Keadilan seperti ini lah yang harus dipertahankan, sebab dialah sendi kekuatan negara. Persis seperti hadist Rasulullah SAW.Tidak boleh taat kepada sesama mahluk, kalau akan mendurhaka kepada Khalik. (Ibid).

Dengan demikian kita sesama warga negara Indonesia harus menjadi keutuhan NKRI.

Selamat hari lahir Pancasila, 1 Juni 1945 – 1 Juni 2023. (*)

 

* Oleh : Albar Sentosa Subari, Ketua Koordinator Jejaring Panca Mandala Sriwijaya Sumatera Selatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button