KELUARGA

Selamat Jalan Pak Kur, Wartawan Musuh PKI itu Telah Tiada

MAKLUMATNEWS.com – Satu demi satu wartawan senior Sumatera Selatan (Sumsel) dipanggil Allah Swt menghadap-Nya. Seorang wartawan yang tidak hanya senior tapi termasuk pejuang pers Sumsel bernama  H Kurnati Abdullah ini telah meninggal dunia, Selasa, 13 Juni 2023.

Memang Pak Kur—demikian sapaan akrabnya—sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit untuk mengobati penyakitnya. Wartawan berusia 78 Tahun ini, meninggal dunia di RS Fatimah, Palembang. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.

Pak Kur adalah salah seorang pejuang pers Sumsel. Mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel dua periode ini, merupakan saksi sekaligus pelaku sejarah perkembangan per-surat-kabar-an di Sumsel, khususnya kota Palembang sejak masa detik-detik pecahnya G-30SPKI hingga masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo tahun 2023 ini.

Dunia kewartawanan sudah mendarah daging bagi pria yang lahir 21 Maret 1945 ini, meski pada awalnya termasuk orang yang terjerembab. Sebab awalnya, Pak Kur muda ingin jadi anggota militer.

Tak lama berkerja di dunia kewartawanan, Pak Kur langsung menghadapi situasi politik dalam negeri yang panas dengan meletusnya G 30 S PKI tahun 1965. Maka sebagai wartawan “Mimbar Masyarakat” yang digawangi para tokoh HMI (Himpunan Mahasiswa islam) yang menyuarakan pertentangan melawan PKI, langsung dicari-cari oleh anggota kelompok pemberontak ini lantaran dianggap sebagai musuh PKI.

“Sehingga kami menghilang dari kantor yang berlokasi di Pasar Lingkis (Cinde) lantai 2. Tapi kami berhasil menyelamatkan diri,” tulis Pak Kur dalam buku “Wartawan Hebat Sumatera Selatan 789”.

Selanjutnya, lanjut Pak Kur dalam buku yang terbit 2019 ini, pasca peristiwa berdarah percobaan kudeta G30 SPKI tersebut, setiap koran harus berafiliasi ke salah satu partai politik, maka koran Pak Kur memilih berafiliasi ke PSII. Di pusat nama surat kabarnya Nusa Putera, sehingga di Sumsel bernama Surat Kabar Nusa Putera edisi Sumatera Selatan.

Pak Kur termasuk tokoh pergerakan juga karena lewat penerbitan Nusa Putera edisi Sumatera Selatan, dirinya  sangat dekat dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pengganangan Gestapu (KAP Gestapu) sehingga selalu menjadi sumber berita utama.

Sempat menjadi abdi negara di Dinas P dan K, Pak Kur kembali menekuni profesi wartawan sejak 1987 sebagai wartawan Sriwijaya Post yang dimanajemeni Kompas Group.

Ketika dalam posisi puncaknya, Koran yang membesarkan Pak Kur ini tiba-tiba tutup dan tidak terbit.Terjadi kemelut di level pimpinan.

Perjalanan Sriwijaya Post juga termasuk perjalanan hidup Pak Kur, sebab denyut nadi dan up and down surat kabar milik Kompas Group ini nyaris, Pak Kur menjadi saksi. Bahkan dia sempat dua kali dipecat di koran ini.

“Saya dua kali dipecat. Pertama sebagai manajer produksi tahun 1992, karena pemberitaan tidak mendukung Golkar Sumsel dan Gubernur Ramli Hasan Basri pada kampanye 1992. Sripo dicurigai mendukung PDIP,” kisah Pak Kur dalam buku tersebut.

Pada 26 Mei 1992 terjadi sensor di Harian Sriwijaya Post oleh Humas Pemda Provinsi Sumsel. “Saya, Abadi Tumenggung Redpel, M Yamin News Editor dipecat”, kisah Pak Kur.

Dianggap bertanggungjawab atas pemberitaan. Kami dikorbankan. Waktu itu Pemimin Redaksinya Soleh Thamrin. Pemecatan kedua oleh Pemimpin Umum Fauzi Ahmad 8 Januari 1996 karena Pak Kur tidak mendukung gerakan yang dipimpin Fauzi untuk mengambil-alih. Akibatnya koran ini tutup mendadak alias tidak terbit mulai 1 Februari 1996 hingga 8 Juni 1997.

“Tetapi saya dibela oleh Direktur Utama PT Sriwijaya Perdana Ansel da Lopez dengan membatalkan keputusan Pemimpin Umum Fauzi Achmad dan memecat pendukung Fauzie Achmad,” cerita mantan Ketua DP PWI Sumsel ini.

BACA JUGA  KABAR DUKA : Pengusaha Kosmetik Terkenal Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia  

Pak Kur justru “berjasa” memperjuangkan terbit kembali harian tersebut, tatkala tahun 1997 ketika berlangsung Hari Pers Nasional di Jakarta, dia bersama Ketua PWI Sumsel Drs H Asdit Abdullah menemui Pak Jacob Oetama meminta agar Sriwijaya Post bisa diterbitkan kembali.

Hasilnya pada tanggal 9 Juni 1997 Sriwijaya Post terbit dengan Pimpinan Umum J Soetarjo dan Pak Kur diangkat sebagai manajer redaksi. Tahun 2000 mendapat tugas liputan haji ke Mekkah. Itulah sekelumit perjalanan wartawan musuh PKI ini. Sebelum ini, ada dua Ketua PWI Sumsel sudah terlebih dahulu menghadap Allah Swt yakni H Ismail Djalili dan H Asdit Abdullah.

Kini Pak Kur sudah meninggalkan legacy anaknya Dwitri Kartini kini menjadi Redaktur Senior di harian Sumatera Ekspress Palembang dan juga menjadi Sekretaris PWI Sumsel (2019-2024). Selamat jalan Pak Kur, semoga semua perjuangan tersebut menjadi wasilah terbaik menghadap Allah Swt. (*)

 

Editor : Aspani Yasland

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button