Santri Gontor Berprestasi Itu Telah Pergi, Begini Sosoknya Dimata Sang Ibu
Palembang — Meninggalnya Almarhum Albar Mahdi Bin Rusdi masih menyisahkan kesedihan mendalam bagi keluarga terutama kedua orangtua.
Almarhum Albar meninggal dunia diduga akibat tindak penganiayaan kekerasan di lingkungan Pondok Modern Pesantren Darussalam Gontor (PMDG), Selasa (22/8) lalu.
Viralnya penyebab kematian AM bermula saat sang ibunda Siti Soimah mengadu kepada Pengacara terkenal Hotman Paris dikarenakan ada keganjalan dari kematian sang ananda.
Bergulirnya waktu dan atas musyawarah bersama keluarga, pengacara, kepolisian dan pihak yang terlibat. Keluarga memutuskan untuk melakukan Autopsi di TPU Sungai Selayur, Kalidoni.
Namun, sang ibunda tidak hadir dalam proses autopsi tersebut. Saat dijumpai di kediamannya yang berlokasi di jalan Mayor Zein, Lorong Sukarame, Kelurahan Sei Lais, Kecamatan Kalidoni Palembang, tidak jauh dari lokasi tempat pemakaman.
Soimah menyambut ramah rekan media yang berkunjung kerumahnya. Meskipun menyambut dengan senyuman, terlihat jelas raut wajah kesedihan soimah atas kehilangan putra pertamanya.
Dengan suara lirih Soimah menceritakan sosok putranya semasa hidup. Duduk bersama di ruang tamu rumahnya nampak jejeran Piala dan penghargaan yang didapat oleh Almarhum AM.
Akrab di panggil ‘Aak’, ia mengatakan sang anak merupakan anak yang cerdas terlihat sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Negeri 207 Palembang, dan melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pondok Pesantren Aulia Cendikia Palembang.
“dia ini anaknya pintar, selalu juara kelas dan mendapatkan penghargaan, bahkan aak juga pernah bilang kalau ingin mengabdi di Gontor usai menyelesaikan pendidikannya,” ungkap Soimah sembari menunjukkan sederet tropi penghargaan Albar yang terpampang di dinding kediaman rumahnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Ponpes Cendikia Palembang, Almarhum mendapatkan saran untuk melanjutkan pendidikannya di Pesantren Gontor.
Kedua orangtua pun menyetujui saran yang diberikan langsung oleh Pimpinan Pesantren Aulia Cendikia Ustad Hendra.
“Bahkan dari seangkatan teman sebanyanya, hanya aak yang diterima di pesantren Gontor Banyuwangi, akibat prestasinya pula aak di rekomendasikan oleh pihak Gontor 4 ke Gontor 1 di Ponogoro,”katanya, Kamis (8/9/22).
Ia mengatakan proses belajar sang anak sangatlah santai dari teman-teman yang lainnya. Akan tetapi, ia bisa mendapatkan Juara Umum di Sekolahnya.
“Dia itu santai sekali anaknya, disaat temannya sibuk belajar persiapan ujian, Aak malah main PS, bahkan waktu ujianpun Aak sempat-sempatnya tidur dan paling cepat keluar kelas, tapi pada saat bagi raport hasilnya Aak juara umum, saya juga heran sama dia, teman-temannya pun juga ikut heran”ucap Soimah mengingat tingkah putra sulungnya semasa hidup.
“Memang kita tidak bisa mengelak bahwa rezeki, jodoh, maut, hanya tuhan yang tau kapan waktunya tiba. Saya dan suami berharap anak-anak yang kami tinggalkan terutama kepada Aak yang sudah menimba ilmu di Pondok agar dapat mendoakan dan menyalatkan kami pada saat meninggal nanti, Namun takdir itu tidak berpihak pada kami,”katanya dengan nada suara lirih menghapus air mata yang terjatuh.
Sama halnya saat dirumah, Aak merupakan sosok anak yang baik dan penurut apa yang dikatakan orangtua juga sosok anak yang aktif.
Mengingat putra sulungnya itu, Soimah masih tidak percaya bahwa putra sulungnya pergi untuk selama-lamanya, apalagi melihat kepergian sang anak dengan cara yang sangat disesalinya.
Ia mengatakan, bahwa dirinya juga keluarga ikhlas atas kepergian sang anak, dan berdoa agar putra sulungnya tenang di pangkuan sang ilahi.
“Saya ikhlas, ikhlas, sangat ikhlas tapi tidak dengan cara yang seperti ini, saat ini kami hanya bisa berdoa semoga Aak bahagiah di sana, dan kami di sini bisa mengungkap misteri ini hingga selesai,” tegasnya. (Trijumartini)