Mengenal Lebih Dekat Sejarah Sriwijaya Lewat Museum Balaputera Dewa
MAKLUMATNEWS.com, Palembang—Dua pasang kaki dari dua putri Hawa terlihat mengambil langkah kecil setelah memasuki pintu utama museum yang akan membawa mereka menjelajahi sejarah. Mengisi daftar kunjungan dengan nama lalu memberikan paraf merupakan tanda bahwa mereka siap akan mematuhi peraturan yang ada.
Setiap hari Museum Balaputera Dewa yang terletak di Jalan Srijaya I No. 288, RW. 5, Srijaya, Kec. Alang-Alang Lebar, Kota Palembang, Sumatera Selatan, selalu menerima kunjungan yang tidak bisa dikatakan sedikit.
Tempat wisata yang bukan hanya memiliki nilai hiburan tapi juga nilai edukasi ini mulai menerima kunjungan wisatawan pada jam 08.00-15.00 pada hari Senin sampai dengan Jumat dan 09.00-14.00 pada hari Sabtu dan Minggu.
Bukan hanya pelajar saja yang bisa mengunjungi tempat yang dipenuhi sejarah ini, orang-orang dengan berbagai profesi pun terlihat sangat menikmati benda-benda peninggalan sejarah yang disusun rapi serta dijaga dengan ketat oleh pihak penjaga museum.
Tidak sedikit pengunjung yang menyayangkan kondisi museum yang dibeberapa tempat seperti tidak terawat dan rumputnya yang mulai memanjang, juga sampah seperti kertas dan plastik mudah ditemukan di koridor.
Berdua, mereka Mengarahkan langkah menuju bagian sejarah terdalam dari kerajaan Sriwijaya. Disana sini terdapat banyak artefak yang dilindungi oleh rak kaca sebagai isyarat bahwa pengunjung tidak mendapat izin tuk menyentuh apapun yang ada di dalam sana, baik itu manik-manik, logam, prasasti, arca, serta kerajinan gerabah.
Sementara di sudut ruangan netranya bertemu dengan patung berciri khas Hindu-Budha yang telah dipahat rapi, memberikan signal bahwa kerajaan Sriwijaya pernah mencapai puncak kejayaan.
Di bagian yang tak sama terlihat pengunjung lain yang mengabadikan momen dengan mengambil foto, latar belakang foto yang berganti-ganti artinya ia menikmati semua sudut dari museum ini. Jumlah model dalam foto bertambah dan berkurang, bergantian sebagai model dan fotografer. Sesi foto telah usai, terdengar riuh tawa mereka saat menilai foto yang telah disimpan. Setiap inci museum ini telah mereka bawa dalam kamera yang menggantung di lehernya.
Derap kaki yang terdengar bertambah banyak dikala terlihat segerombolan manusia-manusia kecil dipandu dua orang dewasa yang mengambil posisi di depan dan belakang barisan. Suara-suara dengan nada bertanya kian bersahut-sahutan mengisi ruangan. Mempertemukan kertas dan pena untuk mencatat hal penting sebagai pengingat dari apapun yang telah dijelaskan oleh si orang dewasa yang berada di barisan depan.
Tangan mungil yang bertautan seperti sampul itu perlahan mendekati pintu keluar, mereka adalah pengunjung paling lucu hari ini.
*Pemandangan Hijau*
Bagian Rumah Limas dari museum Balaputra Dewa ini juga dikelilingi oleh berbagai macam tumbuhan yang terawat, bunga melati mini berperan menjadi pagar, terlihat begitu segar. Bumantara biru memperjelas betapa hijaunya tempat ini, seperti tengah berada di lautan bunga melati. Daun hijau dihias putik putih di tanah yang luas.
Wajah-wajah pengunjung terlihat dihiasi peluh tat kala berlarian karena mengikuti outbond yang dilaksanakan di lapangan luas Rumah Limas. Sorak-sorai terdengar meriah saat si pengejar menggenggam tangan peserta yang tengah dikejarnya, timnya menang. Lelah dengan acara, beberapa di antara mereka duduk berselonjor di atas rumput hijau sembari tangannya mengipas wajah basahnya. Suasananya ramai tapi terasa tenang seperti berada di alam bebas.
Beralih ke tempat lain, ada beberapa pengunjung tengah menyantap makanan yang mungkin dibawa dari rumah, tak ada yang menjajakan makanan di sini. Pastilah makanan itu dibawa sendiri. Makan di atas ayunan yang sedikit digoyangkan oleh kakinya tanpa takut tersedak karena makan dengan posisi yang sedikit tidak biasa. Sampahnya tidak dibuang sembarang, pengunjung mencari dan akhirnya menemukan tong sampah terdekat.
*Merusak Pemandangan*
Di bagian Arca Budha-Hindu, terdapat sedikit wilayah yang kurang terawat. Pagar yang mulai karatan, pohon yang terlalu lebat dengan rumput yang mulai meninggi melewati mata kaki. Sama seperti tempat yang telah lama ditinggal. Tempat duduk yang terbuat dari batu mulai ditumbuhi lumut. Sepertinya tempat yang satu ini agak jarang dikunjungi. Sepi, tidak seperti bagian yang lain yang masih banyak suara pengunjung terdengar. Banyak nyamuk yang beterbangan tepat di depan wajah. Genangan air yang tertampung di plastik-plastik yang sembarang dibuang mungkin menjadi tempat perkembangbiakannya.
“Semuanya bagus, tapi tempat yang di ujung sana yang banyak patungnya seperti tidak diurus. Rumput di sana panjang, banyak bungkus makanan ringan juga di sekitarnya.” ujar Vita Sari (20) salah satu pengunjung museum.
Penulis : Gustina Fertiwi