MOZAIK ISLAM

Sahabat yang Saling Menasehati

Nasehati saudaramu se iman agar kalian lebih mencintai

MAKLUMATNEWS.com – Setiap kita hendaklah saling nasehat menasehati. Karena Rasulullah sebagai panutan menganjurkan itu kepada setiap orang beriman. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari sangat perlu membudayakan saling nesehat-menasehati, mengingatkan yang lupa dan memperbaiki yang salah.

Karena sudah merupakan kodrat manusia untukberbuat salah dan lupa. Dalam Al-Qur’an, Allah telah menjelaskan kepada kita tentang ciri orang beriman. Yaitu, orang-orang yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Artinya, setiap muslim hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk saling mengajak kepada kebaikan, mengajak kepadahal yang akan mendekatkan kepada Allah.

Nasehat-menasehati tersebut harus dilatarbelakangi oleh rasa kasih saying dan ukhuwah islamiyah. Kita tidak ingin melihat saudara kita terjatuh kedalam kesalahan dan penyimpangan. Dalam Al-Qur’an, selain menasehati digunakan juga istilah memberi peringatan. Disebutkan dalam surat Adz Dzariyat ayat 55 yang artinya, “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” Memberi nasehat atau mengingatkan bukanlah suatu hal yang mudah. Menurut Tafsir Ibnu Katsir, surat Adz Dzariyat ayat 55 merupakan hiburan dari Allah Swt. untuk Nabi Muhammad Saw. agar tetap memberi peringatan. Pada ayat sebelumnya ayat 52, Allah Swt. menyampaikan bahwa tidak ada Rasul yang bebas dari tanggapan negatif kaum yang didatanginya, antara lain disebut sebagai tukang sihir atau orang gila. Namun tanggapan tersebut tak boleh menyurutkan semangat untuk memberi peringatan, karena bagi orang yang beriman, peringatan itu pasti memberi manfaat. Zaman sekarang tak jauh beda, ketika ada orang menasehati atau mengingatkan, respon orang juga bisa negatif, bahkan kadang terasa menyakitkan. Sekadar contoh, ketika ada yang mengingatkan, “Jangan korupsi!” ada saja yang malah menanggapi, “Tidak usah munafik lah, memang kamu sendiri tidak perlu uang?”

Sindiran-sindiran sok alim, atau ungkapan Kebumenan  jarkoni (bisa ngajar ora bisa nglakoni, bisa mengajari tidak bisa menjalani) tak jarang harus diterima oleh orang yang mengingatkan atau menasehati. Sehingga akhirnya semakin sedikit orang yang mau menasehati dan mengingatkan. “Dinasehati juga percuma, tidak akan berubah, nanti malah jadi ribut!” atau “Mau mengingatkan tidak enak, nanti dikira kita iri.” Begitu beberapa dalih orang yang enggan mengingatkan saat orang di lingkungannya berbuat kesalahan. Harus diingat bahwa Nabi Muhammad Saw. saja, yang semula mendapat julukan Al Amin, ganti disebut tukang sihir dan orang gila saat mengingatkan, apalagi kita yang hanya manusia biasa. Selain surat Adz Dzariyat ayat 55 untuk menjadi pendorong semangat dalam mengingatkan dan menasehati, banyak hadits yang juga bisa menambah motivasi. Antara lain yang berasal dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda yang artinya; “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR Muslim no. 4831 disahihkan oleh ijma’ Ulama).

BACA JUGA  Bersalawatlah, Agar Allah Juga Bersalawat Kepada Mu

Beberapa hadist senada juga diriwayatkan para perawi hadist, mestinya hal itu bisa menambah motivasi untuk mau mengingatkan, terlebih di bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Manusia hanya diwajibkan untuk berusaha, termasuk menasehati dan mengingatkan orang lain. Manusia tidak diwajibkan untuk berhasil, bagaimanapun hidayah tetap merupakan rahadia Allah. Harus ada diantara kita yang menyuruh kepada perbuatan baik. Menyuruh atau menasehati kepada kebaikan sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt.: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 110).

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al-Maidah [5]: 2)

Setiap rasul yang Allah utus dan setiap kitab yang Allah turunkan, semuanya mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar. Mereka menaseehati kepada kebaikan atau mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Mereka juga tentu menasehati untuk meninggalkan kemungkaran, atau segala istilah yang mencakup segala hal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah.

Meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar adalah sebab datangnya hukuman dunia sebelum hukuman di akhirat. Janganlah menyangka bahwa hukuman meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya menimpa orang yang zalim dan pelaku maksiat, namun boleh jadi juga menimpa manusia secara keseluruhan. Orang yang melakukan amar ma’ruf hendaklah orang yang faqih (paham) terhadap yang diperintahkan dan faqih (paham) terhadap yang dilarang. Begitu pula hendaklah dia halim (santun) terhadap yang diperintahkan, begitu pula terhadap yang dilarang. Hendaklah orang tersebut orang yang ‘alim terhadap apa yang ia perintahkan dan larang. Ketika dia melakukan amar ma’ruf nahi munkar, hendaklah ia bersikap lemah lembut terhadap apa yang ia perintahkan dan ia larang.

Kita juga lihat bagaiman Allah memberikan contoh pada Luqman dalam firman Allah Swt. :”Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Al-Luqman [31]: 17) Ketahuilah bahwa orang yang memerintahkan pada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar termasuk mujahid di jalan Allah.

BACA JUGA  Batal Nikah karena Minta Mahar Sertifikat Rumah, Begini Pandangan Islam Tentang Mahar

Ustadz Mugiono, M.PdI dalam kajian rutin di Masjid Al Furqon Palembang mengetengahkan betapa pentingnya saling menasehati itu. Menasehati pada yang kebaikan itu dengan cara yang baik dan tidak membawa dampak jelek. Kadang pula mencegah kemungkaran dilakukan dengan baik tanpa membawa dampak jelek. Aatau jangan sampai orang lain menjadi sakit. Ciri orang yang beriman adalah  yaitu, orang-orang yang saling menasehati dalam kebeneran dan kesabaran. Artinya, setiap muslim beriman hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk saling mengajak kepada kebaikan, mengajak kepada hal yang akan mendekatkan kepada Allah.

Mugiono mengatakan, bahwa salah satu hikmah mengapa kita harus saling menasehati adalah karena setiap orang mendambakan keselamatan hidup. Keselamatan dari kerusakan, dari hal-hal yang membahayakan dirinya, lahir atau batin. Dan, harus ada yang memberitahukan kepada kita tentang hal-hal yang tidak kita ketahui tersebut. Pemberitahuan itulah yang bisa jadi sebuah nasehat, masukan atau kritikan. Sehingga, sungguh sangat penting sebuah nasehat dalam kehidupan kita. Agar kita tahu kekurangan kita dan segera memperbaikinya.

Sayangnya, diantara kita masih belum siap menerima kritikan, nasehat dari orang lain. Terlebih jika orang yang memberi nasehat itu kita anggap lebih rendah dari kita. Sehingga, langkah awal kita untuk mengamalakan ayat di atas, adalah berusaha menerima kritikan, saran dari siapapun tentang diri kita, tanpa melihat dari siapa yang mengeluarkan nasehat trersebut.  Kita harus selalu bahagia, ketika ada yang memberikan saran kepada kita. Ibarat cermin, kita selalu ingin tampak rapih di depan cermin. Jika ada yang berantakan tanpa segan kita membetulkannya. Kita tidak kesal dengan cermin yang menampilkan bayangan kita yang berantakan. Justru kita tetap merapihkan bagian yang kurang bagus. Begitulah orang yang selalau senang menerima kritikan dari orang lain. Ia akan berterima kasih, bukannya marah atau kesal. Yang ia lakukan selanjutnya adalah segera memperbaiki kekurangan yang disebutkan itu, seperti saat ia lantas merapihkan dirinya di depan cermin.

Andai setiap orang mampu bersikap nerima. Senang menerima kritikan dan segera memperbaikinya, tentu setiap akhlak, perilaku kita dapat terjaga. Begitu ada yang salah dengan sikap kita, orang yang lain sigap memberitahukannya. Mudah-mudahan suatu saat kita memiliki lingkungan seperti ini. Inilah hidup jika saling nasehat – menasehati, Insya Allah.(*)

Penulis: Bangun Lubis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button